Thursday, April 22, 2010

Kapan Palestina-ku akan Bebas?

Kapan Palestina-ku akan Bebas?

Oleh. Ajid Ajidin[*]

Sepeninggalnya presiden Yasser Arafat, Palestina seolah-olah telah kehilangan simbol kekuatan. Karena seorang Arafat, bagi rakyat dan bangsa Palestina, bagaikan “al-Bathol al-Muntazhar”, bagi kebebasan negeri Palestina dari kebiadaban penjajah Israel.

Tetapi Pahlawan yang ditunggu itu, telah tiada. Seluruh pejuang dan mujahidin Palestina, seperti; Ahmad Yasin dan yang lainnya dibabat habis oleh Israel. Bisakah, Palestina yang telah kehilangan simbol, dan sosok pemimpin yang merakyat-nya bangkit kembali melawan penjajah.

Nah, sekarang Palestina sedang menunggu pahlawan-pahlawan yang bisa membebaskannya dari cengkeraman tangan-tangan Israel.

Selanjutnya, komando Palestina dibawah Mahmud Abbas. Namun demikian, sampai saat ini, negeri Palestina belum bisa keluar dari kungkungan penjajah Israel. Hingga detik ini, malah yang ada Israel semakin hari semakin brutal, dan berani menindas rakyat Palestina.

Tidak seberapa memang, kalau dibandingkan dengan belanda menjajah negeri kita Indonesia selama 350 tahun. Tapi kebiadaban Israel terhadap rakyat Palestina sangat mengerikan. Seperti, sekarang Israel telah membangun pemukiman-pemukiman di tepi Gaza. Membuat rakyat Palestina merasa terusir, dari rumahnya sendiri.

Berbagai cara, dari mulai perundingan damai, dialog, dan diplomasi, secara nasional dan internasional dilakukan. Hingga Liga Arab, sampai PBB, organisasi terbesar di dunia pun, belum bisa memberikan solusi terbaik bagi kebebasan rakyat Palestina. Hasilnya hanya gagal, dan gagal.

Saya sangat heran dengan semua itu, kenapa Israel kecil bisa menundukan negara-negara besar. Organisasi setingkat PBB sekalipun, yang anggotanya seluruh negara yang ada di dunia, memberikan warning terhadap Israel, agar tidak membangun pemukiman di tepi Gaza tidak di indahkannya. Hingga sekjen PBB Ban Ki-moon, putus asa.

Sebenarnya apa yang di inginkan, dan diharapkan negara-negara besar seperti; AS dan Inggris. Dari sejak Perdana Menteri Tony Blear, dan presiden Goerge W. Bush, sampai Barack Obama sekarang. Rakyat Palestina mengharapkan adanya perubahan yang signifikan, tapi, pada kenyataannya tidak. Malah, mereka selalu berpihak pada Israel dalam memperluas imperialismenya. Apakah ada timbal balik dari Israel, bagi AS dan Inggris untuk kemajuan negaranya.

Saya melihat, ketika AS menyerang Irak pada tahun 2003 silam, dengan dalih Irak memiliki senjata Nuklir, padahal pada kenyataannya tidak. Apa sebenarnya yang di inginkan AS, pada waktu penyerangan itu. Karena Irak, memiliki kalang minyak yang melimpah ruah.

Tapi kalau AS, dan koleganya yang lain, selalu membantu Israel, apa yang diharapkan AS darinya.

Di sini saya ingin mengungkapkan beberapa alasan kenapa AS, selalu membantu Israel di Timur Tengah.

Pertama; Israel, teman yang tepat untuk menyampaikan misi demokrasi di Timur Tengah. Dan ikut membasmi terorisme yang ada di Timteng “ala”, Amerika. Dengan bantuan Israel tersebut, AS tidak perlu susah-payah untuk menguasai negara-negara Arab.

Kedua; karena AS, dimata dunia sudah jelek imejnya, khususnya bagi negara-negara yang berbasis Islam. Dengan demikian, Israel sedikitnya bisa membantu untuk memperbaiki citra buruknya dinegara Arab. Seperti, Israel selalu menyerukan untuk memerangi teknologi Nuklir Iran. Padahal, mereka sendiri yang memiliki senjata Nuklir. Semuanya hanya permainan mereka saja.

Ketiga; ketakutan AS, pada Israel bisa menguasai negara AS, atau Eropa dengan zionismenya.

Nah, dengan alasan seperti itu, ada kemungkinan AS membantu Israel. Agar mereka, tetap tinggal di Timur Tengah, khususnya di negeri Palestina. Pada akhirnya, Israel tidak bisa pindah ketempat yang lain. Sebagaimana terjadi, sebelum-belumnya Israel tidak mempunyai negara dan tempat tinggal sendiri yang paten.

Saya pikir itu yang menjadi alasan. Kenapa AS, selalu membantu Israel. Walaupun, semua alasan yang saya utarakan tidak menjadi 100% benar adanya. Tetapi, menurut berita yang berkembang sekarang. Israel tidak mau melakukan perdamaian dengan pemerintahan Palestina, selagi Hamas tidak mau mengakui keberadaan Israel, sebagai sebuah negara. Karena Hamas, selalu bersisi keras tidak mau mengakui eksistensinya negara Israel.

Dengan adanya, pengakuan Hamas seperti itu, menjadikan Israel semakin tidak mau mengadakan perdamaian dengan Palestina. Begitu juga, AS tidak mau membantu, selama Hamas berkuasa. Dan Hamas tidak mau mengakui eksisnya negara Israel.

AS mau membantu pemerintahan Palestina, dengan syarat Hamas harus mengakui eksistensinya negara Israel, atau Hamas harus turun dari pemerintahan. Nah, persolan ini, membuat Hamas tidak berkutik. Kenapa saya katakan seperti itu.

Karena di satu pihak Hamas, ingin tetap teguh dengan pendiriannya. Mereka tidak mau mengakui keberadaan negara Israel. Sedangkan di pihak lain, Hamas di sodorkan pada persoalan bangsa Palestina yang kelaparan, dan ketakutan. Semenjak Hamas menang dalam Pemilu, pemerintahan Palestina sudah tidak mempunyai Kas keuangan. Bahkan, untuk menggaji para pegawai saja sulit, apalagi untuk memberikan makanan kepada bangsa Palestina.

Di sini, Hamas dihadapkan pada dua pilihan yang sangat sulit. pertama; apakah mereka tetap berpegang teguh pada prinsifnya, tidak mau mengakuai keberadaan negara Israel. Dengan melihat rakyat Palestina, kelaparan, ketakutan, tanpa adanya bantuan dari negara-negara besar. Atau mereka, mau mengakui keberadaannya. Walaupun, sebenarnya, tidak menjadi jaminan bagi negara palestina, atau Hamas, mendapatkan bantuan secara nyata dari negara besar. Seperti; AS, Perancis, Rusia, Jerman, Inggris. Sampai saat ini, Palestina tetap terjajah. Dan belum bisa merasakan udara kebebasan yang sebenarnya.

Menurut berita yang baru-baru ini, Israel telah melemparkan tuduhan pada Hamas. Yang menjadi dalang atas penangkapan turis- turis Israel yang sedang berlibur di daerah Sinai. (Harian al Shorouk al-Jadid, 15/4/2010, 15/4/2010). Lagi-lagi Hamas yang selalu menjadi kambing hitam. Sampai kapan Hamas tidak menjadi bulan-bulanan Israel. Seolah-olah Palestina tidak akan pernah damai, gara-gara Hamas.

Begitu sulitnya, negara Palestina keluar dari jajahan Israel. Akan sampai kapan?, kebebasan dan udara perdamaian dirasakan bangsa, dan rakyat Palestina. Dan kapan Pelestina-ku akan bebas. Akan-kah, damai Palestina menjadi kiamat dunia.. Wallahu'alam.



[*] Mahasiswa Al-Azhar Cairo-Mesir, mantan Direktur CIMAS (Center for Information of Middle East and Africa Studies) ICMI Orsat Cairo.

No comments: