Friday, April 23, 2010

ANDAI SAJA AL-QUR’AN SEBUAH NOVEL

ANDAI SAJA AL-QUR’AN SEBUAH NOVEL

Di malam jum’at, jam dingding pun telah menunjukan larut malam. Betapa kagetnya saya ketika melihat waktu begitu cepat berjalan. Padahal, kebiasaan orang-orang Asia khususnya orang Indonesia pada malam jum’at, selalu ramai dengan bacaan-bacaan surat Yasin, dan bacaan surat-surat lain ada di dalam Al-Qur’an.

Tapi kebiasaan itu, sangat berbeda ketika berada di negara Arab. Karena memang, malam jum’at bagi orang-orang Arab adalah hari libur mereka. Jadi, kegiatan pengajian pun sangat jarang mereka lakukan. Bukan berarti tidak ada. Masih ada anak-anak muda, orang tua, dan anak-anak kecil yang ikut pengajian di mesjid, dan ditempat-tempat lain.

Ah, saya pikir sama saja. Di malam jum’at, atau di hari-hari yang lain. Kalau al-Qur’an selalu di baca setiap hari, akan memberikan ketenangan pada jiwa yang membacanya. Walaupun, dalam membaca al-Qur’an tidak tahu makna yang dikandung di dalamnya. Munkin, ada sebagian orang yang paham arti dan maksud yang terkadung di dalamnya. Tapi itu, sangat jarang. Kadang membaca al-Qur’annya saja susah, dan tidak bisa sama sekali. Ada juga, sama sekali tidak pernah menyentuh yang namanya al-Qur’an. Aneh! Kadang. Tapi itulah realita yang ada.

Ada orang yang bilang. Bagaimana memahami isi kandungan al-Qur’an. Kalau membacanya aja susah banget. Ada juga yang bilang, baca al-Qur’an itu mudah. Yah, itu bagi orang yang telah bisa membaca al-Qur’an. Malah yang hapalpun banyak juga.

Ada yang bisa baca al-Qur’an, belum tentu hapal maknanya. Ada juga, yang bisa baca dan hapal maknanya. Tapi belum tentu juga, mengamalkan isi yang terkandung di dalamnya. Rumit memang, permasalahan ini. Tapi bagi saya, walaupun belum hapal makna bacaan yang terkandung di dalamnya. Sedikitnya orang mau membaca al-Qur’an. Karena al-Qur’an akan memberikan mukjizat tertentu bagi orang yang membacanya. Bahkan, ia akan memberikan ketenangan, ketentraman, dan kelembutan pada jiwa yang membacanya.

Apalagi di saat sekarang ini. Orang yang bisa membacanya dengan istiqomah, itu udah menjadi kebanggaan yang sangat besar. Walaupun, belum bisa dibarengi dengan pemahaman, dan pengamalan isi kandungannya. Belum lagi, sulit dan malasnya membaca al-Qur’an.

Hal ini juga, saya rasakan sendiri. Beda ketika saya sedang membaca novel, cerpen, dan komik, serta bacaan-bacaan yang lain. Yang tidak membutuhkan pemikiran yang berat. Rasanya, enak membacanya. Karena isi di dalamnya bisa saya pahami dengan cepat, otakpun cepat untuk menerimanya. Tapi beda ketika sedang membaca al-Qur’an. Karena bentuk hurufnya bahasa Arab, jadinya, kalau tidak paham bahasa Arab dan tidak belajar membacanya sangat sulit membacanya. Apalagi untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya.

Padahal, kalau kita bisa membaca al-Qur’an. Apalagi, bisa memahami isi kandungan dan maknanya. Lebih-lebih bisa mengamalkannya dengan penuh ke ikhlasan. Maka kita akan terpesona dengan al-Qur’an. Sama seperti, kita ketika melihat perempuan yang cantik menawan. Bagaimana rasanya kita melihat itu, oh! indah. Rasa-rasanya mata ini, tidak mau mengalihkan pandangan walau sekejap. Ingin terus menatap, bahkan tidak ingin meninggalkannya walau sedetik pun.

Karena al-Qur’an di dalamnya mengandung berbagai macam makna. Dan makna itu, tidak akan habis digali oleh manusia. Sampai ia matipun al-Qur’an akan tetap menjadi penerang bagi yang membaca, memahami, dan mengamalkannya. Dari mulai tata bahasanya, grametikalnya, surat-suratnya, kisah-kisahnya, susunan-susunan perhurufnya. Dan berbagaimacam yang terkandung dalam al-Qur’an sangat unik dan indah. Hanya manusia yang dapat membaca, memahami, dan mengamalkan al-Qur’an yang akan mengerti dan merasakan. Begitu indah, dan mempesonanya al-Qur’an.

Bagaimana dengan orang yang tidak bisa membaca al-Qur’an. Oh! Jangankan untuk mengatakan al-Qur’an itu, indah mempesona, dan unik. Kenal saja tidak. Bagaimana akan mengatakan itu. Persis seperti orang yang buta mengatakan. Oh, gunung itu indah sekali. Padahal ia sendiri belum pernah melihat gunung, bagaimana ia bisa mengatakan gunung itu indah. Kalau ia belum pernah melihat, memandanginya, dan menyentuhnya. Munkin karena ia buta. Jadinya, wajar saja. Tapi kalau ia tidak buta. Bagaimana itu bisa terjadi?.

Jadi orang yang tidak pernah mengenal, tidak pernah membaca, tidak pernah ingin belajar, tidak pernah ingin mengamalkan al-Qur’an. So, persisnya seperti orang buta yang mengatakan gunung itu indah. Atau seperti orang yang melihat, tapi tidak mau untuk mengenal al-Qur’an.

Tapi jangan bersedih hati. Tuhan tetap akan memberikan pahala bagi orang yang mendengarnya, walaupun ia tidak bisa membacanya.

Ah, alangkah indahnya. Apabila al-Qur’an selalu diburu ingin membacanya. Penasaran kalau belum membacanya, rindu kalau belum menemukannya. Gelisah apabila tidak mendapatkannya. Terpesona kalau sudah membacanya. Dan merasa sakit hati kalau meningalkannya. Oh, hidup di dunia ini serasa luas, lega, bahagia, bahkan serasa tidak pernah mempunyai masalah sedikit pun. Kalau sudah menyentuh, membaca, memahami, dan mengamalkan-mu, wahai al-Qur’an.

Rasanya ingin cepat bertemu dengan penulis, atau pengarangnya. Agar bisa minta tanda tangan, bisa berbicara dengannya. Bisa photo bareng, bisa menanyakan bagaimana bisa menuliskan cerita itu dengan baik, dan indah. Yang membuat orang terkagum-kagum, sekaligus membuat orang selalu memuji-mujinya.

Oh, sangat dahsyat rasanya. Kalau kita bisa membaca, memahami, dan mengamalkan isi kandungan al-Qur’an. Seperti novel, mudah untuk dibaca, dipahami, dihayati, sekaligus diamalkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.

Tapi menyedihkan, semua orang tidak memburu untuk membacanya. Tidak penasaran kalau tidak membacanya. Tidak rindu kalau tidak menemukannya. Andai saja al-Qur’an itu, sebuah novel pasti banyak orang yang mencarinya. Banyak orang yang merindukan ingin bertemu dengan penulisnya. Banyak orang yang selalu ingin berdialog dengannya. Kalau saja, semua orang tau, siapa pengarang al-Qur’an. Maka mereka akan selalu merindukannya. Mereka selalu penasaran ingin terus berdialog dengannya. Mereka selalu ingin memilikinya. Mereka selalu memelihara dan menjaganya. Mereka selalu ingin belajar untuk memahaminya. Mereka selalu ingin mengamalkannya.

Bahkan, pengarang al-Qur’an telah memberikan jaminan seratus persen. Bagi mereka yang selalu membacanya, memahaminya, dan mengamalkan isi kandungan di dalamnya. Hidupnya, akan penuh dengan kebahagian dimasa sekarang dan di masa yang akan datang. Yaitu, di dunia dan akhirat. Tapi beda dengan penulis novel, ia pun tidak bisa memberikan jaminan seperti yang diberikan pengarang al-Qur’an.

Akan tetapi kenapa, saya sendiri senang membaca novel daripada al-Qur’an. Rela berjam-jam duduk hanya untuk menamatkan cerita yang bikin penasaran. Tapi kenapa ketika membaca al-Qur’an pantant ini, rasanya pegal untuk melanjutkan bacaannya. Itulah al-Qur’an, ditunjukan bagi orang-orang yang mendambakan kehidupan yang abadi.

Namun, al-Qur’an tetaplah al-Qur’an yang selalu memberikan ketenangan, ketentraman, dan kebahagian bagi orang yang membacanya. Al-Qur’an bukanlah novel ayat-ayat cinta, al-Qur’an bukanlah novel laskar pelangi, atau novel-novel yang lagi booming dan fenomenal saat ini. Andai saja al-Qur’an sebuah novel, pasti engkau banyak yang mencarinya. Wallahu’alam.


Salam hangat

Ajidin..

Malam jum’at dikeramaian kota Kairo

23/4/2010

Bagaimana Menemukan Tuhan?

Bagaimana Menemukan Tuhan?

Ketika anda atau saya sedang mengalami fenomena yang sangat menyedihkan, atau fenomena yang menyakitkan sekalipun. Disitulah saya dan anda termasuk manusia semuanya akan ingat kepada Tuhannya, karena betapa banyak kejadian-kejadian yang mengajarkan saya dan anda termasuk manusia untuk berbuat seperti itu. Dimana sebahagian manusia, bahkan hampir seluruh manusia, sangat gampang untuk menemukan Tuhannya dikala ia sedang mengalami kegundahan, atau kesedihan yang menimpanya.

Hal itu, bukan fenomena yang aneh lagi ditelinga anda atau saya, bahkan sudah sering orang mengalami hal tersebut. Di saat manusia sedang mengalami kebahagian, ketenangan, kecukupan, dan kegembiraan sangatlah sulit bagi saya atau anda untuk menemukan keberadaan Tuhan, padahal sesungguhnya Tuhan selalu ada dan dekat. Hanya saja saya atau anda kurang menyadarinya, atau pura-pura tidak sadar untuk melupakan keberadaan Tuhan.

Ketika Tuhan sedang memberikan ujian kepada saya, atau anda (hamba-Nya) dengan kebahagian, banyaknya harta, kesehatan, ketenangan, kegembiraan dan sebagainya. Dikala itu pula saya atau anda (manusia) terlena dengan semua itu. Jarang saya atau anda (manusia) menyadari, bahwa semua itu hanya sebatas ujian yang diberikan kepada saya, atau anda agar selalu mengingat kepada-Nya. Justru apa sebaliknya yang terjadi ketika Tuhan memberikan semua itu, saya ataupun anda mengingkarinya, lupa kepada-Nya, atau saya dan anda pura-pura lupa untuk mengingatnya.

Saya dan anda pun lupa untuk mengucapkan rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikannya. Dan sangatlah sulit untuk mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan semua itu, bahkan untuk datang bercengkrama pun jauh untuk dilakukannya.

Tapi, kenapa?, ketika saya dan anda mengalami kesedihan, musibah, stres, dan berbagaimacan cobaan. Seolah-olah Tuhan sangatlah dekat dengan saya dan anda. Bahkan tanpa rasa malu sedikitpun saya dan anda datang kepada-Nya dengan mengadukan dan mencurhatkan berbagaimacam masalah yang sedang dialaminya. Terkadang saya dan anda berburuk sangka kepada-Nya, dengan mengatakan, kenapa Tuhan tidak berpihak kepada saya dan anda, kenapa Tuhan tidak adil kepada saya dan anda, kenapa Tuhan tidak sayang dan cinta kepada saya dan anda.

Dengan berbagai ragam pertanyaan selalu diajukan kepada Tuhan, kenapa dan kenapa? Bahkan seribu kata, atau bahkan sejuta kata kenapa diajukan kepada Tuhan. Dalam keadaan sedih dan stres, ataupun bingung, seolah-olah saya dan anda hidup sendirian, dan saya dan anda yang hanya hidup yang selalu bingung, stres, miskin, and kenapa orang lain tidak!. Itulah sebahagian sifat kemanusiaa saya dan anda, kalau sedang mendapatkan segala macan masalah, ujung-ujungnya selalu Tuhan yang selalu disalahkan, bahkan saya dan anda pun tidak menyalahkan dirinya yang selalu lupa ketika mendapatkan kebahagian dan kesenangan.

Tuhan selalu memberikan cobaan kepada manusia, termasuk saya dan anda. Apakah kita kuat dengan semua cobaan itu, atau tidak!. Tapi sesungguhnya kebanyakan manusia, termasuk saya dan anda kadang berhasil menjalani cobaan kemiskinan, kebingungan dan sebagainya. Akan tetapi betapa banyak manusia, termasuk saya dan anda yang gagal ketika diberikan cobaan dengan kesuksesan, harta yang banyak, kebahagian dan ketenangan. Tuhan selalu memberikan cobaan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, tidak lantas begitu saja, manusia termasuk saya dan anda mengaku berimana dibiarkan tidak diberi ujian.

Sebagaimana nabi Saw. Telah menceritakan bahwa sesungguhnya, Tuhan berfirman dalam hadits Qudsi-Nya; “Barangsiapa dia yang tidak ridha dengan takdir-Ku, dan tidak sabar atas ujian-Ku, maka pilih atau carilah Tuhan selain daripada-Ku”. Hal ini, telah mengindikasikan kepada siapa saja, termasuk saya dan anda yang mengatakan dirinya beriman kepada Tuhan, dan mengakui bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Dia, dan mengakui bahwa sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusan-Nya, maka Dia menguji kepada saya dan anda, serta seluruh manusia yang beriman untuk ridha dan sabar atas segala ujiannya.

Bahkan Dia mengatakan kepada semuanya, kalau seandainya saya dan anda, atau umat manusia seluruhnya tidak sanggup untuk sabar atas segala ujiannya dan bersyukur atas segala nikmat yang diberikannya, maka carilah Tuhan selain diri-Nya. Jika orang tua, teman, sahabat, pemerintah atau siapa saja yang mengusir saya dan anda, masih ada harapan mencari tempat lain untuk bisa dikujungi dan ditempati, akan tetapi kalau Tuhan yang mengusir saya dan anda akan kemana kita pergi dan memohon pertolongan, serta perlindungan.

Dengan demikian, marilah kita (saya dan anda) bersama-sama untuk menemukan Tuhan dikala kita sedang dalam keadaan tenang, bahagia, dan bahkan dalam keadaan kita banyak harta yang bisa di dermakan dijalan yang baik untuk bisa membantu orang-orang yang tidak mampuh. Jangan saja, kita (saya dan anda) bisa menemukan Tuhan dikala kita sedang bingung tidak punya uang untuk makan, sedang stres dikala diputuskan pacar, atau stres ketika kita mencari pekerjaan tidak dapat-dapat, atau sedih yang terlalu amat dalam.

Hal ini pula diceritakan oleh Sayyidah Aisyah ra. Ketika beliau bertanya kepada Rasulullah Saw; “Wahai Rasulullah, kapan manusia akan mengetahui tentang Tuhannya?, lalu beliau menjawab; “Apabila dia mengetahui tentang dirinya”. Dengan demikian, apabila manusia termasuk saya dan anda, mengetahui tentang fungsi dirinya, untuk apa Tuhan menciptakan dirinya, lalu apa darimana dan akan kemana dia (termasuk saya dan anda) akan pergi dan kembali. Maka disanalah manusia, termasuk saya dan anda akan mengetahui, menemukan, dan sangatlah membutuhkan kepada-Nya, serta mengakui keberadaan Tuhan dengan sebenar-benarnya.

Dan tidak hanya menemukan Tuhan dikala sedang bingung saja! Tapi munkin itulah jalan yang sangat mudah ketika kita ingin menemukan Tuhan, dikala sedang bingung, karena terasa disaat kita bingung Tuhan terasa dekat dihati. Semoga anda dan saya selalu mendapatkan karunia-Nya, amin. Wallahu’alam

Nasr City, Cairo,19-3-2010

Ajid

Keinginannya hanya Karena Allah....!!

Keinginannya hanya Karena Allah....!!

Ketika saya atau anda masih kecil, atau ketika masih sekolah dasar, sering kita ditanya oleh guru-guru, atau orang tua kita, kalian ingin menjadi apa nak setelah besar nanti. Begitu pula guru kita disekolah selalu bertanya kepada anak didiknya. Anak-anak yang ibu cintai, kalian semua setelah besar nanti ingin menjadi apa. Diantara kumpulan anak-anak itu, ada yang menjawab, saya setelah besar nanti ingin menjadi dokter bu! Ada juga yang menjawab, saya ingin menjadi presiden bu! Beranekaragam jawaban anak-anak pada waktu itu. Hampir semua anak-anak mempunyai keinginan dan cita-cita yang berbeda-beda.

Bahkan saya atau anda, kalau ditanya apakah anda ingin menjadi apa?, pasti jawabannya akan bermacam-macam tergantung individu masing-masing, dan keinginan dan cita-citanya. Indah sekali ketika Tuhan menciptakan manusia dengan beranekaragam bentuk, keinginan, dan cita-cita sekalipun. Kemudian Dia memberikan akal kepada manusia tersebut untuk berfikir, dan berusaha sekuat tenaga untuk merealisasikan keinginan dan cita-citanya itu. Apakah cita-cita dan keinginanannya itu selalu disandarkan kepada-Nya, atau mereka menyandarkan segala keinginan dan cita-cita kepada yang lain.

Saya disini akan mengutip sebuah kisah, dan mudah-mudahan kisah ini akan memberikan sebuah pelajaran yang berharga bagi kita semua. Kisah ini saya kutip dari sebuah buku yang bertuliskan bahasa arab yang berjudul “Asma Allah al-Husna”, yang ditulis oleh Samir Halabi, kisah ini akan mengajarkan kepada kita, bagaimana suatu keinginan yang dilandaskan kepada Tuhan akan selalu memperoleh kemenangan. Akan tetapi suatu keinginan dan cita-cita yang selalu disandarkan kepada hawa nafsu, ataupun disandarkan kepada selain Tuhan akan selalu mendapatkan kekalahan. Sebagaimana yang diceritakan dalam kisah tersebut yang akan saya ceritakan disini.

Pada zaman dahulu diceritakan ada seorang laki-laki sholeh yang rajin beribadah kepada Tuhannya. Sedangkan pada zaman itu kaum-kaumnya tidak menyembah Tuhan, bahkan mereka menjadikan sebuah pohon sebagai sesembahannya mereka selain daripada Tuhan. Diceritakan seorang laki-laki yang rajin beribadah itu hendak memberikan nasehat, dan peringatan kepada kaum-kaumnya, akan tetapi apa yang terjadi pada seorang tukang ibdah tadi. Ia hanya memperoleh ejekan dan olokan dari kaumnya.

Pada suatu hari seorang laki-laki tersebut memutuskan dan bertekad bulat untuk menebang sebuah pohon yang dijadikan sesembahan oleh kaum-kaumnya itu. Lalu ia berangkat dengan menunggangi Himar (karena pada waktu itu belum ada Mersedez Benz, jadinya Himar Benz, kalau sudah ada bisa jadi dia naik Benz kalee,...hehe...selingan sedikit) dengan membawa kampak untuk menebang pohon itu. Akan tetapi ditengah-tengah perjalanan menuju sebuah pohon tersebut, ia bertemu dengan Iblis yang menjelma menjadi bentuk seorang laki-laki. Karena dalam satu riwayat dikatakan, bahwasannya Iblis bisa mancala putra-mancala putri, ia bisa merubah bentuk sesuai dengan apa yang ia kehendaki. Dengan demikian, terjadilah dialog antara Iblis dengan seorang laki-laki tukang ibadah tadi yang hendak menebang sebuah pohon tersebut.

Iblis; “Mau berangkat kemana broo, (wah Iblisnya gaul nih, hmmm), kok tergesa-gesa begitu?”.

Tukang Ibadah; “iya nih broo!, (wah ternyata tukang ibadah pun tidak mau kalah sama Iblis, gaul juga, hehe,...) saya hendak berangkat kesuatu tempat untuk menebang (memotong) sebuah pohon yang dijadikan sesembahan oleh kaum-kaum, selain daripada Tuhan”. Dilanjut dialognya yah,.

Iblis; “Jangan pergi dan jangan anda lakukan.......kalau anda tidak pergi, maka saya akan memberikan satu kantong uang pada anda, dan saya akan menyimpannya dibawah bandal anda pada setiap malam”.

Siapa sih yang tidak terpikat dan tergiur dengan tawaran satu kantong uang yang diberikan setiap hari, apalagi tanpa usaha yang berat. Pasti hampir semua orang yang kurang keimanannya akan tergiur dengan tawaran yang diberikan Iblis tadi. Tukang ibadah sekalipun, tergiur dengan tawaran Iblis itu sehingga ia tidak jadi untuk menebang sebuah pohon yang dijadikan sesembahan para kaumnya tersebut. Karena ketertipuan dan keterpedayaan dengan rayuan gombal Iblis itu, kemudian seorang laki-laki tukang ibadah tidak jadi pergi untuk menebang pohon tersebut. Dan akhirnya ia pulang lagi kerumah, maka ketika ia terbangun di pagi hari, seraya menjulurkan tangannya kebawah bantal ternyata benar telah ada sekantung uang. Setelah itu seorang laki-laki tersebut menjadi kebiasaan menjulurkan tangannya kebawah bantal untuk mengambil sekantung uang. Akan tetapi pada hari berikutnya ia tidak mendapatkan sekantung uang lagi seperti biasanya. Dengan rasa kesal dan marah, lalu seorang laki-laki tukang ibadah tadi bergegas pergi menuju pohon tersebut untuk menebangnya. Seperti kejadian yang pertama ditengah perjalanan pun ia bertemu dengan Iblis lagi yang menjelma menjadi sosok manusia lagi.

Iblis: “ hai broo, how are u? (wah Iblis ternyata keren banget yah, hmmm) apa lagi yang ingin anda lakukan sekarang?”.

Tukang ibadah; “i’m fine and you?, (tidak mau kalau nih tukang ibadah....) saya hendak menebang pohon itu”.

Iblis; “owh, i’m good, (seraya melanjutkan pembicaraannya Iblis mejawab) Apabila anda sekarang hendak menebang pohon itu, maka saya akan mematahkan punggung anda, ia berkata dengan nada mengancam!”.

Tukang ibadah; “woow, dengan heran mendengar perkataan seorang Iblis itu, ia berkata; bukankah anda sebelumnya telah takut kepada saya”. Lalu dengan bangganya Iblis menjawab perkataan tukang ibadah tadi; “Sesungguhnya anda waktu pertama hendak menebang pohon itu tujuannya hanya karena Allah, walaupun anda masih tergoda. Adapun kali ini sesungguhnya anda hendak menebang pohon hanya rakus (tamak) karena uang, dengan pasti anda sekarang akan kalah dan tidak akan menang”.

Dalam kisah dan dialog antara Iblis dengan tukang Ibadah diatas menggambarkan, bagaimana seseorang tadi dengan niatnya yang baik untuk menebang sebuah pohon yang dijadikan sesembahan oleh para kaumnya pada waktu itu, walapun di tengah perjalanannya ia gagal karena tergiur oleh tawaran Iblis yang menggeiurkan. Dan pada akhirnya ia pun jatuh kedalamnya. Akan tetapi perjalanan pertama yang dilakukan oleh seorang Tukang ibadah dilandaskan pada niat yang tulus karena Tuhannya, tetapi kemudian niat yang kedua telah di tumpangi oleh rasa tamak (rakus) terhadap harta yang selalu di dapatnya dengan mudah. Maka dengan sendirinya, ia telah dikalahkan oleh Iblis dengan begitu mudahnya.

Dengan demikian, segala keinginan dan cita-cita yang selalu ditumpangi bukan karena Tuhan akan selalu gagal. Bahkan ketika ia menangpun akan selalu ingin berbuat hal yang lain, apalagi kalau segala sesuatunya diniatkan bukan karena Tuhannya, maka segalanya akan mudah terkalahkan. Bagaimana ketika kita ingin mencapai tujuan itu mengalami kegagalan, maka yang cepat disalahkan adalah, kenapa Tuhan tidak selalu berpihak baik kepada saya, atau anda.

Kisah diatas tadi mengajarkan kepada kita, bagaimana kita selalu bersikap dalam melakukan sesuatu itu hanya berlandaskan kepada Tuhan, bukan berlandaskan pada tujuan-tujuan tertentu. Karena segala sesuatu yang telah kita kerjakan hanya karena Tuhan, pasti dengan sendirinya akan mempunyai dampak yang baik terhadap segala yang kita kerjakan itu.

Sebagaimana sebuah proses untuk mencapai keinginan itu mengalami berbagaimacam halangan, dan rintangan. Di situlah indahnya segala proses untuk mencapai sebuah kemenangan dalam kehidupan. Bukan keinginan seorang tukan ibadah tadi yang terkalahkan oleh godaan Iblis yang memberinya harta yang banyak tanpa melalui proses yang panjang dan melelahkan. Dalam istilah filsafat ada yang namanya pencarian kebenaran, dan pada ujungnya pencarian tersebut berhenti pada kebenaran yang hakiki yaitu; Tuhan. Dalam perjalanannya manusia mengalami proses penyelaman terhadap jiwa yang terus mencari tentang sebuah kebenarannya. Seperti juga, pencarian terhadap impian dan keinginan yang hilang.

Dari sinilah manusia akan selalu mengalami keindahan nantinya, kalau mereka telah melaksanakan segala keinginan dan cita-citanya dengan baik, dan hanya segalanya disandarkan pada Tuhan. Bukan disandarkan pada suatu tujuan, seperti yang telah dilakukan Tukan ibadah tadi yang keinginan untuk menebang sebuah pohon itu, perjalanan yang kedua kalinya hanya di dasarkan pada ketamakannya. Dan pada akhirnya ia terkalah oleh Iblis.

Saya selalu berharap segala sesuatu yang kita lakukan segalanya hanya karena Tuhan, bukan karena ingin mendapatkan sesuatu. Apakah sesuatu itu berupa barang, harta, dan apa saja yang membuat kita lupa akan tujuan yang pertama. Semoga segala impian, keinginan, dan cita-cita waktu kecil kita yang selalu ditanyakan oleh guru dan orang tua kita, hanya dilandaskan pada Tuhan semata. Karena dengan izin Tuhan segalanya akan mendapatkan kemenangan pada akhirnya, walaupun semua itu membutuhkan proses yang panjang dan melelahkan, dan sangat membosankan. Akan tetapi pada akhirnya nanti kita akan mendapatkan kemenangan sekaligus kebahagian. Semoga bermanfaat, amin. Wallahu’alam.

Cairo, 7/4/2010

Ajidin

Kompleksitas Permasalahan di Timur-Tengah

Kompleksitas Permasalahan di

Timur-Tengah

Oleh. A Ajidin

A. Pendahuluan.

Kejadian 11 September 2001 yang lalu, setelah gedung WTC dan Pentagon yang merupakan dua simbol ketahanan Amerika Serikat telah jatuh ditangan teroris, itu kata mereka. Setelah kejadian tersebut, AS selalu getol meng-kampanyekan slogan pemberantasan “Terorisme”. Sampai-sampai penyerangan AS terhadap Irak salah satu dalihnya adalah, karena adanya terorisme, walaupun pada kenyataannya berawal dari adanya teori adanya senjata pemusnah massal yang membahayakan keamanan dunia. Yah! lebih tepatnya disebut dengan senjata Nuklir. Isu itulah semakin merebak keberbagai pihak, dan berbagai lapisan yang ada. Padahal kalau kita perhatikan isu itu telah basi, justru yang harus diperhatikan adalah, bagaimana mencarikan solusi pemecahannya.

Isu yang paling menyeruak sekarang adalah, problematika Tim-Teng tentang permasalahan konflik Palestina yang masih tetap berjalan sampai saat ini. Yang perlu kita pikirkan adalah, bagaimana negara Palestina bisa keluar dari konflik tersebut. Yah! Minimalnya bangsa Palestina bisa merasakan kemerdekaan yang terbebas dari penjajahan yang melanda negaranya, sejak tahun 1919 perang Dunia Pertama, sampai saat ini yang terjadi pada tahun 1948.

Ada dua fase penting yang harus kita perhatikan, kenapa Amerika selalu getol mengorek-ngorek stabilitas dunia Arab. Dua fase tersebut diantaranya; pertama, fase perang dingin, dan kedua, fase setelah perang dingin. Sedangkan fase pada perang dingin mencakup beberapa unsur penting yang bisa dijadikan standarisasi rujukan, kenapa sih Amerika Serikat selalu ingin ikut campur di dunia Arab. Pertama; Setelah jatuhnya negara Uni Soviet, ia (AS) semakin gencarnya menghegemoni bangsa-bangsa lain. Sebagaimana dikatakan oleh para pengamat politik, bahwasannya politik dan strategi AS ingin menguasai dunia Arab setelah adanya perang dunia kedua pada abad 20-an, yang terjadi sekitar tahun 50-an. Dimana Uni Soviet tidak diperbolehkan untuk mendekati daerah regional, apalagi setelah Uni Soviet mengadakan perjanjian senjata dengan Mesir pada 1955. Kedua, Permasalahan minyak, inilah yang paling dominan. Apalagi setelah selesai perang dunia kedua orientasi politik AS pada negara Arab, bukan lagi permasalahan stabilitas keamanan dan perdamaian akan tetapi lebih lagi tentang permasalahan minyak yang menjadi isu sentral. Karena minyak merupakan salah sumber daya alam (SDA) yang besar yang dimiliki bangsa Arab. Apalagi setelah bangsa Arab menjadikan minyak sebagai senjata penting untuk mengalahkan peperangan. Hal ini terjadi pada oktober 1973. Ketiga; jaminan keamanan bagi bangsa Israel. Salah satu cara bagaimana AS mudah untuk menguasai bangsa Arab secara keseluruhan, maka jalan yang terpenting adalah, membantu bangsa Israel dari ancaman bangsa Arab untuk dijadikan sebagai fatner-nya.[1]

Sedangkan orientasi politik AS setelah perang dingin mempunyai beberapa unsur, akan tetapi ada tiga unsur penting yang harus kita perhatikan. Pertama; bentrokan antara bangsa Arab—Israel, kedua; keamanan daerah Teluk, dan ketiga; mengusung jargon demokrasi dan hak asasi manusia (HAM). Saya fikir unsur ketiga ini-lah yang menjadi titik sentral yang sering kita dengar didengung-dengungkan oleh Amerika Serikat.[2]

B. Pengentasan Kemiskinan dan Kebodohan.

Isu tentang pengentasan kemiskinan dan kebodohan pasti sering kita dengar diberbagai negara, bahkan diberbagai kalangan pengamat, peneliti, ilmuwan, cendikiawan, dan mahasiswa sekalipun mereka berbicara tentang hal tersebut. Akan tetapi betapa sulitnya isu tersebut direalisasikan, dan diaplikasikan.

Kebahagian manusia telah menjadi tujuan utama dari semua masyarakat. Namun, ada perbedaan pandangan mengenai apa yang membentuk kebahagian itu dan bagaimana hal itu dapat direalisasikan. Meskipun kondisi meteriil bukanlah satu-satunya isi dari kebahagian itu, pandangan sekuler modern yang sangat menekankan pada kondisi-kondisi demikian tampak percaya bahwa kebahagian dapat dijamin bila tujuan-tujuan materi tertentu dapat direalisasikan. Tujuan-tujuan ini antara lain adalah pengentasan kemiskinan, pemenuhan kebutuhan materi bagi semua individu, ketersediaan peluang bagi setiap orang untuk dapat hidup secara terhormat, dan distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata. Bagaimanapun juga tidak ada sebuah negara di dunia ini, baik itu kaya maupun miskin, yang telah berhasil merealisasikan sasaran meteriil ini.[3]

Hingga misalnya, negara Mesir sekalipun belum bisa mengadakan pemerataan kemiskinan dan pengentasan kebodohan. Namun sedikitnya, ada semacam usaha untuk menuju ke-arah itu. Seperti, dengan adanya propaganda-propaganda, iklan-iklan, dan gerakan tertentu untuk senantiasa berusaha mengajak pada masyarakatnya untuk maju. Apakah itu, dalam pendidikan, perekonomian, dan budaya, semuanya telah digerakan untuk kemajuan masyarakatnya. Sebagaimana telah disampaikan oleh PM, Ahmad Nazhif pada sidang MPR-nya.

C. Pemahaman Islam nan parsial, menjadikan timbulnya perpecahan dan saling memusuhi penuh kecurigaan.

Sampai tahun-tahun 1960-70-an, pemikiran manusia telah mengetahui gagasan khusus tentang dunia, atau dunia-dunia dalam bentuk jamak. Gagasan ini sendiri menumbuhkan sejumlah besar gambaran yang memiliki aneka produktifvitas spritual, artistik, dan ilmiah yang sesuai dengan lingkungan budaya dan berbagai pengalaman sejarah. Oleh karena itu, berkat Copernicus, Galileo, dan Kepler, manusia melampui “dunia yang tertutup” ke dunia yang “tanpa batas”. Apa yang dinamakan hubungan internasional dulunya sama sekali tidak mencakup konsep globalisasi sebagai kekuatan-kekuatan aktif dan realitas-realitas yang ditemukan atau dialami oleh semua orang dan masyarakat pada masa sekarang.

Globalisasi mempengaruhi semua tradisi budaya, agama, filsafat, dan politik hukum yang telah ada; bahkan modernitas yang muncul dari pemikiran Pencerahan pun tidak luput dari pengaruh tersebut. Itulah sebabnya, sejak tahun-1980-an, banyak pengamat, pemikir, dan peneliti, khususnya di Amerika Serikat, berbicara tentang pasca-modernitas. Lintasan sejarah linier yang dimulai di Eropa Barat selama abad ke-17 dan ke-18, globalisasi memaksa orang-orang Eropa sendiri untuk berbicara mengenai batasan-batasan dan efek-efek negatif dari pemikiran pencerahan yang telah memungkinkan dibentuknya negara-negara bangsa sekuler, demokrasi, dan liberal, kemajuan penelitian ilmiah dan transisi dari solidaritas-solidaritas karena kesamaan suku, darah, dan keyakinan.[4]

Dari pengaruh globalisasi yang tak bisa dibendung membuat kita kewalahan dalam menangkisnya. Karena hal itu, merupakan sunnatullah yang tidak bisa dihindari. Yang paling penting yang harus kita lakukan adalah, bagaimana menghadapi globalisasi modern dengan pemaham islam yang komprehensif. Dengan begitu, tidak adanya saling kecurigaan dan saling menuduh antara yang satu dengan yang lain. Sebagaimana yang telah terjadi dimana belahan dunia, seolah-olah islam yang menjadi malapetaka bagi umat manusia. Padahal sesungguhnya, justru dengan islam itulah manusia hidup penuh dengan kedamaian. Tapi kita tidak bisa memungkiri bahwasannya mungkin disebahagian negara, ataupun disebahagian lapisan masyarakat islam hanya bisa memahami islam dengan bentuk jihad yang dilakukan dengan kekerasan dan semacamnya. Jihad-itulah yang sering mereka salah pahami.

D. Bias Jender dan partisipasi kaum wanita, klaim dan sudut pandang dunia pada terorisme islam dan keamanan.

Jender menjadi isu yang penting dalam rangka membangun relasi yang setara antara laki-laki dan perempuan. Hal ini sejalan dengan perkembangan di mana keterlibatan perempuan dalam wilayah publik sendiri mendesakkan perlunya kesadaran jender. Dalam berbagai tradisi, menurut Harirah, sejarah perempuan menyisakan tragedi yang buram dan memperihatinkan. Bangsa Yunani dan Romawi pada zaman dahulu menganggap kaum perempuan sebagai budak yang tidak memiliki hak apa pun atas dirinya. Filosof sekaliber Aristoteles pun mengatakan bahwa posisi perempuan dihadapan laki-laki menyerupai posisi hamba dihadapan tuan, pekerja di hadapan ilmuwan dan derajat laki-laki jauh lebih unggul atas perempuan. Di Jazirah Arab, sebelum masa kerasulan (bi’tsah) Nabi Muhammad, bangsa Arab menyikapi dengan penuh kebencian kelahiran bayi perempuan karena dianggap sebagai pembawa bencana, aib, malu dan boleh dikubur hidup-hidup.

Kedatangan islam sebagai penuntun (hadi), pembawa kabar (basyir), dan pemberi peringatan (nazhir) bagi manusia, membuat pandangan terhadap perempuan berubah. Islam mendeklarasikan laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dihadapan Tuhan. Disparitas antara nilai-nilai kesetaraan laki-laki dan perempuan yang diajarkan Islam dengan kehidupan praksis tetap berlangsung sampai sekarang, meskipun tidak separah masa sebelumnya. Ini bisa dilihat dari stereotype (pelabelan negatip) dan mitos kultural yang dilekatkan pada perempuan, misalnya tugas perempuan hanya pada wilayah domestik, perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi, dan sebagainya. Ini merupakan pengaruh budaya patriarkis (male dominated) yang telah merasuk di seluruh ranah kehidupan, ekonomi, sosial, politik, dan juga agama.[5]

Sebenarnya isu-isu tentang Jender telah banyak diusung oleh berbagai kalangan yang fro terhada isu tersebut. Seperti juga, di Mesir pada pemilu Presiden yang lalu sempat ada tercantum nama Nawal Sa’dawi sebagai salah satu calon presiden. Hal ini berarti didunia islam telah ada sedikit pergerakan yang menujukearah sana. Walaupun pada hakikatnya bias Jender tersebut, sangat mempengaruhi pada salah satu pihak, apakah itu pihak laki-laki atau pihak perempuan. Karena mungkin, emansipasi wanita, dan berbagai macam penamaan yang mengistilahkan tentang wanita masih sangat tabu du dunia yang berbasis islam. Beda lagi dengan negara adidaya seperti, Amerika Serkat, dan negara barat lainnya hal itu telah lumrah.

E. Pelanggaran HAM parah dan lemahnya penegakan hukum.

Sejak bubarnya Uni Soviet sebagai kekuasaan geopolitik, Amerika Serikat melakukan pengawasan hegemonik atas semua kekuatan globalisasi. Orang-orang Eropa, termasuk Rusia dan bekas negara-negara yang bergantung padanya, alih-alih memelihara persaingan, tetapi malah mencari berbagai persekutuan, kontrak, dan kerjasama dengan Amerika Serikat. Oleh karena itu, beban hegemoni ini membuat Amerika Serikat merasa lebih superior daripada rakyat dan bangsa yang lain dalam proses emansipasi dan unifikasi. Hak bangsa-bangsa untuk menentukan nasib sendiri, yang memberikan banyak ilusi mengenai emansipasi nasional dalam konteks perang Dingin, telah menjadi kegilaan ideologis dalam menyikapi bermunculannya perang saudara yang mengoyak-ngoyak banyak masyarakat yang telah lama berada dalam genggaman nasionalisme totaliter dan proyeksikan secara tiba-tiba kepada liberalisme yang buas dari McWorld, yaitu; bantuan kemanusian bagi rakyat-rakyat yang ada dalam bahaya pembunuhan massal. Yang samar-samar dan menyesatkan dengan konsep yang dikembangkan oleh pendahulu mereka (kolonialis). Seperti penidasan yang terjadi di, Palestina, Aljazair Iran, Sudan, Bosnia, Irak, Libanon, dan sebagainya.[6]

Saya pikir semua kejadian yang menindas pada umat diberbagai belahan dunia perlu adanya penangan yang serius. Di sinilah peran aktif PBB yang kita harapkan untuk menangani berbagai kasu dunia. Dan salah satu kasus yang paling penting adalah, tenang HAM (hak asasi manusia) yang sering diusung oleh bangsa-bangsa yang telah maju. Akan tetapi yang paling aneh, hak-hak bangsa Palestina yang sering mendapatkan jajahan dari bangsa Israel sering terabaikan. Seperti, apakah sebenarnya HAM itu?.

F. Diktatorisme politik dan pembungkaman pendapat dan hak suara

Istilah dikatator, sewenang-wenang, zalim semua istilah itu sebenarnya sudah tidak asing lagi ditelinga kita semua. Dalam suatu pemerintahan, negara, organisasi, ataupun hanya kumpulan manusia yang terdiri dalam beberapa orang, itu semua tidak terlepas dari suatu kendali. Nah! Kendali itulah yang dipangku oleh seseorang, apakah seseorang itu berbuat adil, atau demokrasi, atau dia berbuat zalim, atau dikatator. Semuanya tergantung pada pondasi dasar pemimpin tersebut.

Suatu contoh, ketika AS menyerang Irak dalam satu pihak rakyat Irak mendukung, dan dalam pihak yang lain menentang. Mungkin bisa jadi masyarakat yang mendukung tentang kejatuhan rezim Saddam Husain itu, sudah tidak merasakan kebebasan dan keamanan lagi, atau mungkin juga sudah bosan dengan rezim tersebut. Karena suatu pemerintahan kalau sudah berkuasa dalam tempo waktu yang lama, akan mengalami sebuah kristalisasi penetapan kekuasaan.

Sampai sekarang hampir disemua negara sudah timbul berbagai tuntutan yang disuguhkan pada pemerintah yang memimpi-nya, karena masyarakatnya merasa tidak puas dengan kebijakan-kebijakan pemerintahnya. Hampir semua aspirasi masyarakat dibungkam dengan kekuatan militer yang ada. Tidak jauh-lah negara Mesir sekarang ini, walaupun dikoran-koran, media-media cetak telah di dengung-dengungkan kebebasan bersuara, pemilu secara demokratis, tapi semua itu masih dalam tahap teoritis. Itu hampir terjadi dibelahan dunia yang ada. Hak suara dan kebebasan berpendapat masih tetap saja terbungkam dengan rezim yang berkuasa.

G. Penutup.

Dari pemaparan diatas masih-lah sangat jauh dari sebuah analisis, apalagi dikatakan dengan judul yang saya tulis “sangat komplek-nya permasalahan di Timteng” itu tidak mewakilinya pada permasalahan tersebut. Akan tetapi mudah-mudahan bisa mengantarkan pada diskusi kita pada kali ini, untuk bisa menganalisa permasalahan yang ada Timur-tengah sekarang ini. Karena dengan sangat kompleks permasalahan tersebut, saya hampir tidak bisa menyimpulkan hal yang mana yang harus dtuangkan pada tulisan kali ini.

Saya hanya bisa mengajak teman-teman untuk sama-sama melihat dan menganalisis permasalahan-permasalahan yang ada sekaranga ini. Apakah kita akan memulai dari permasalahan, Palestina, Libanon yang semakin terpuruk, atau kita akan melihat permasalahan Sudan, Irak, Syiria, dan negara-negara yang lain yang terus menjadi tema sentral kajian kita kali ini.

Pada kesimpulannya, saya mengajak mari kita sama-sama menganalisis dan memberikan solusi terbaik bagi umat yang tertindas. Akan bisakah kita memberikan solusi konkrit bagi mereka?, atau hanya teori semata yang hanya bisa berikan kepada mereka untuk sekarang ini. Wallau’alam.

Makalah Kajian CIMAS (Center For Information of Middle East and Africa Studies)

Wisnu,Kamis 21 pebruari 2008



[1] Lihat: Markaz Dirasat al-Wihdah al-Arabiyah “Shana’at al-Karahiyah fii al-‘Alaqat al-Arabiyah—al-Afrkiyah, hal:71-73. Cet. III.

[2] Ibid, hal: 91.

[3] Lihat: Islam dan Tantangan Ekonomi, DR. M. Umer Chapra, hal: 1, pen: Gema Insani Pres.

[4] Lihat: Farhad Daftray (ed.), “Tradisi-tradisi Intelektual Islam”, hal: 263, Pen; Erlangga

[5] Lihat: Islam Emansipatoris, menafsir Agama untuk praksis pembebasan, Very verdiansyah, hal: 142-143, pen; P 3M.

[6] Ibid. hal; 266.

Sesungguhnya Aku Mencintai-mu Hanya Karena Allah

Sesungguhnya Aku Mencintai-mu Hanya Karena Allah

Ketika banyak teman, sahabat, bahkan orang tua bertanya kepada saya, dengan pertanyaan yang sama, bahkan sering pertanyaan itu mereka tanyakan kepada saya, maybe mereka semua peduli, atau juga mereka tidak suka, saya juga tidak tahu. Yang pastinya saya positip thingking saja kepada mereka semua, atas kepeduliannya kepada saya yang selalu enjoy dengan status single-nya. Atau bisa jadi mereka berprasangka kepada saya, karena saya sudah cukup umur untuk melakukannya,atau mereka merasa terusik dengan status single saya, atau saya tidak laku-laku, atau juga saya tidak mempunyai cinta......upsss!!, yang jelas saya masih punya cinta dan mencintai someone....ehmmmmmm....kalau anda bertanya kepada saya siapa someone itu, dan kapan merealisasikannya, tunggu saja tanggal mainnya, dan jawaban yang standar itu yang selalu saya lontarkan kepada mereka. Kembali kepada permasalahan awal tadi, tentang pertanyaan yang sering di lontarkan kepada saya, apa sih pertanyaan itu,yaitu; “kapan anda menikah?”. Dengan mendengar pertanyaan itu, bahkan saking seringnya mendengar kata-kata itu saya jadi tertantang ingin menuliskannya dalam sebuh catatan kecil disni. Saya ingin menulis tentang cinta, yang sebenarnya juga saya bukan ahli cinta, dan saya juga tidak tahu apa sebenarnya makna cintai itu. Tapi saya sedikit ingin menulis cinta menurut persepsi saya, karena cinta banyak makna, banyak persepsi, banyak definisi, dan banyak pujangga-pujangga yang telah menyanyikannya tentang cinta. Sampai kapan pun cinta, masih tetap relevan untuk dibahas. Ia tidak akan mati ditelah waktu, masa dan jaman. Karena ia mengandung makna dibaliknya, yang selalu asyik untuk diperbincangkan, apakah dikalangan anak-anak muda, ABG, atau pun orang tua sekalipun, bahkan anak-anak yang masih butuh tentang cinta orang tuanya.

Tidak akan ada habis-habisnya pembahasan tentang cinta, sampai-sampai saya sendiri pun bingung, apa sih sebenarnya cinta itu? Ada suatu ungkapan yang mengatakan; “tidak ada seorang manusia pun yang tidak mengetahui cinta......,namun tidak ada yang memahami apa itu cinta?”(Al-Syeikh Ali al-Thanthawi). Banyak orang yang mengetahui tentang cinta, akan tetapi dibalik makna cinta tersebut, sangat sedikit sekali memahaminya. Apakah cinta itu, hanya sebatas pasangan seorang kekasih, antara seorang perempuan dan seorang laki-laki, atau hanya sebatas cinta orang tua terhadap anaknya, atau sebaliknya. Dan begitu juga, segalanya kita lakukan atas namanya cinta, tapi yang pasti cinta kita kepada manusia tidak melebihi cinta kita terhadap Tuhan. Ada juga yang mengatakan; “cinta adalah pengalaman hidup...,tidak ada yang menderita karena cinta, kecuali mereka yang pernah mengalaminya”. (Simone de bouvoir ). Cinta adalah pengalaman yang begitu tinggi dan berkaitan dengan perasaan. Banyak orang yang mengatakan, jangan bercinta kalau takut sakit hati. Itu ungkapan yang saya sering dengar dari berbagai kalangan yang pernah mengalami rasa manis dan pahitnya tentang cinta. Menurut para psikolog, kebutuhan terpenting manusia adalah kemampuannya untuk mengatasi keterasingan dan kesendiriannya. Dan tidak ada cara lain, selain cinta yang menjadi satu-satunya sarana untuk berinteraksi dengan orang lain ataupun segala hal yang ada di sekitarnya. Cinta adalah satu-satunya solusi bagi manusia untuk keluar dari penjara subjektifitasnya agar leluasa dalam berinteraksi dan mendapatkan perhatian dari orang lain. Tanpa adanya cinta, hidup akan berubah menjadi penjara individualisme dan keterasingan yang menyakitkan. Hal serupa juga di ungkapkan oleh seorang penyair Arab klasik;

إِنِّي أُحِبُّكَ حُبًّا لَيْسَ يَبْلُغُهُ فَهْمِيْ وَلَا يَنْتَهِي وَصْفِيْ إِلَى صِفَتِهِ

أَقْصَى نِهَايَةِ عِلْمِيْ فِيْهِ مُعْتَرِفِيْ بِعَجْزٍ مِنِّيْ عَنْ إِدْرَاكِ مَعْرِفَتِهِ

"How I love you with love that I can not understand"
"My words can not describe the privilege of my love"
"I know, inside my love there is a recognition"

"Sungguh aku mencintaimu dengan cinta yang tak mampu aku pahami"

"kata-kataku tak mampu menggambarkan keistimewaan cintaku"

"yang aku tahu, di dalam cintaku ada sebuah pengakuan"

Memang sangatlah indah ketika Tuhan menciptakan manusia dari tanah, dan meniupkannya nafas-nafas cinta ke dalam tanah tersebut. Saya akan mengambil satu kisah dari seorang Thabi’in yang mulia, ia adalah Abu Idris al-Khulaniyyu, beliau datang ke suabuh masjid yang bernama Himsha, di dalam masjid tersebut beliau menemukan sebuah acara pengajian yang sekaligus dihadiri oleh sebahagian para sahabat Rasulullah saw. Ia pun ikut bergabung dalam pengajian itu, seraya mendengarkan pembicaraan dalam pengajian tersebut. Sedangkan dalam isi pengajian itu banyak menceritakan dan memuji tentang Rasululllah Saw. Dengan penuh perhatian dan kecintaan. Diantara mereka ada seorang laki-laki yang mempunyai wajah yang tampan lagi cerdas dalam berfikirnya. Apabila para sahabat berselisih dalam suatu perkara atau permasalahan, maka mereka menanyakan kepadannya. Dan mereka pun senang dengan setiap jawabannya. Setelah kumpulan pengajian dalam majlis selesai, kemudian para sahabat pulang menuju rumahnya masing-masing. Sedangkan Abu Idris sangat menyesal karena tidak sempat mengenal nama salah seorang daripada mereka dan tidak juga ia sempat mengetahui tempat tinggalnya. Lalu ia pulang kerumah dengan membawa kesedihan yang mendalam dalam hatinya. Sampai dirumahpun ia tidak bisa tidur nyenyak yang ada malah bingung, bimbang dan sedih, seraya ia menyesali dirinya yang tidak bisa mendapatkan kesempatan yang berharga itu. Sehingga waktu pagi pun datang tak terasa, kemudian ia pergi lagi kemasjid dengan sebuah harapan mudah-mudahan bisa menemukan mereka kembali. Setibanya di mesjid ia hanya menemukan seorang laki-laki yang sedang melakukan shalat. Lalu ia menghampiri seseorang yang sedang shalat tersebut, dengan harapan semoga dia bisa menjawab segala kegundahan, dan kesedihan yang dirasakannya selama ini. Dengan penuh kesabaran ia menunggu dia selesai melakukan shalatnya. Wooooooow, ternyata setingkat Thabi’in saja, ketika sedang memikirkan sesuatu tentang keingin tahuannya, atau kecintaanya terhadap sesuatu, ia gundah gulana, apalagi setingkat saya, dan anda yah..ehmmm, tidak bisa terbayangkan gimana rasanya. Tapi jangan salah sangka dulu, Abu Idris, seorang Thabi’in itu bukan gundah karena cinta terhadap lawan jenis, akan tetapi beliau mencintai seorang sahabat yang mempunyai ilmu banyak yang belum sempat ia tanyakannya. Lanjut kepada cerita tadi, Setelah dia selesai melaksanakan shalatnya, kemudian ia mengahampirinya seraya berkata; “Wahai hamba Allah! Demi Allah sesungguhnya saya mencintai anda karena Allah Swt”. lalu seorang laki-laki tersebut mengalihkan pandangan matanya kepadanya. Dengan penuh rasa kasih sayang laki-laki tersebut menjawab; “Sesungguhnya anda mencintai saya karena Allah?”. Kemudian ia menjawab; “Ya! Demi Allah sesungguhnya saya akan mencintai anda karena Allah”. Lalu seorang laki-laki itu berkata lagi; “Berikanlah kabar gembira kepada saya, karena sesungguhnya saya telah mendengar Rasulullah Saw. beliau bersabda; “Sesungguhnya dua orang yang saling mencintai dengan keagungan-Ku (karena Allah) maka ia berada dalam naungan Allah dan naungan Arasy’-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali hanya naunga-Nya”.

Setelah mendengar jawaban dari sahabat Rasulullah tadi, Kemudian Abu Idris bertanya; “Siapa anda! Semoga Allah mmberikan rahmat kepada anda?” Lalu ia menjawab; “saya adalah Ubadah bin al-Shamit”. Dan ia bertanya lagi, lalu siapa yang bersama laki-laki itu yang telah berkata kepada saya sebelum anda?”. Ia adalah Mu’az bin Jabal”. kemudian Abu Idris, pulang dengan membawa kegembiraan yang tak terhingga. Sehingga segala kegundahan yang selama ini dirasakannya sirna dengan seketika. Ini adalah hanya sepenggal kisah seorang thabi’in yang mencintai sahabat rasulullah, cinta mereka bukan cinta karena hawa nafsu, seperti saya, munkin juga anda yang mencintai lawan jenis, terkadang hanya hawa nafsu yang sering dikedepankan, emosional yang dikedepankan, bahkan bentuk fisik yang dikedepankan, itulah cinta orang yang kurang landasan. Akan tetapi cinta mereka benar-benar dilandaskan cinta karena Allah. Dan cinta yang dilakukan mereka pun akan mendapatkan naungan dari Allah nantinya. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh rasulullah saw.

Semoga penggalan kisah cinta tadi, bisa menjawab segala pertanyaan yang sering dilontarkan kepada saya, hmmmm......yang penting saya juga masih mempunyai cinta yang bisa membuat saya semangat, bahagian, sedih, sekaligus motivasi untuk bisa selalu bertahan hidup yang penuh dengan tantangan dan rintangan. Dan mudah-mudahan saya, anda dan kita semua, bisa mencintai sesamanya, kekasihnya, orang tuanya, sahabatnya, dan yang lainnya karena Allah. Karena semua orang bisa meng-interpretasikan apa itu cinta. Apakah cinta itu benar-benar terlealisasikan ketika kita telah menikah, atau kita setelah menikah, saya pun tidak tahu?, hanya orang yang mempunyai cinta yang dapat merasakannya. Kalau begitu, terus bagaimana cinta kita kepada Allah? Jawabnnya, Anda semua mempunyai asumsi yang berbeda-beda tentang cinta, yang paling penting kita semua jangan kehilangan dengan apa yang namanya cinta. Dengan demikian, berbahagialah orang-orang yang telah mendapatkan cinta berada disampingnya. Saya, dan anda hanya manusia biasa yang selalu mendambakan cinta yang benar-benar cinta, bukan hanya sekadar cinta sebagai ungkapan yang indah. Yang jelas “sesungguhnya saya mencintai-mu karena Allah”. Karena Allah telah memberikan saya akal dan logika untuk berfikir, dan memberikan hati untuk merasakan cinta. Semua orang berhak untuk mendapatkan segalanya dengan baik, begitu juga saya dan anda. Terakhir jangan tanyakan kepada saya, tentang siapa dalam kata-kata (mu) di atas. Biarkanlah Allah yang menjodohkannya dengan saya. Semoga bermanfaat, amin. Wallahu’alam.

29/3/2010

Nasr City Cairo

Ajid