Friday, April 30, 2010

Pengorbanan Seorang Ibu Tanpa Batas.

Pengorbanan Seorang Ibu Tanpa Batas.

Hari kamis, aduh rasanya males sekali untuk keluar rumah. Sebenarnya sih pengen jalan-jalan untuk mencari udara segar. Untuk menghilangkan rasa penat dan bosan dirumah. Ah, saya paksakan saja tuk pergi jalan-jalan keluar. Akhirnya, saya sms temen untuk ngajak jalan-jalan bareng. Eh, kebeneran temen pun menyambut ajakan saya. Jadinya, jadi juga deh jalan-jalan.

Lalu, saya langkahkan kaki berjalan menuju “Mahattah” ( terminal bis) yang tidak jauh dari tempat kosan. Yah, kira-kira 200 meter dari tempat saya ngekos. Itung-itung jalan beneran, sebelum saya pikir tar juga bakalan naik bis. Temen yang telah saya sms pun telah menunggu di depan. Tidak banyak basa-basi, saya langsung menyalaminya. Ayo, berangkat. Habis itu jalan deh. Karena memang, temen saya bener-bener pengen jalan tidak mau naik mobil. Ia bilang, katanya kamu ngajak jalan-jalan, ayo kita jalan aja. Wah, inimah nyiksa,..hiks-hiks..padahal saya ngajak jalan kan bukan beneran jalan kaki, hehe...

Hmmmm, terpaksa. Akhirnya saya ngikutin juga jalan. Sambil menelusuri jalan yang di lalui, saya pun bercerita-cerita sama temen itu. Karena dijalan sangat rame dengan kendaraan yang lalulalang. Memang asyik juga, bener-bener jalan kaki. Jalan-jalan di keramaian kota memang sangat asyik dan menyenangkan. Apalagi jalannya rame-rame. Rasa lelah dan haus pun tak terasa. Karena dijalannya sambil ngobrol dan bercanda. Perjalanan jauhpun tak terasa, tau-tau sudah sampai saja ditempat tujuan.

Memang, tujuannya jalan ke daerah At Thaba. Yah, sampai juga di daerah itu. At Thaba adalah, daerah yang terletak di pusaran kota Kairo. Daerahnya, sangat ramai. Karena memang, pusat perdagangan disana. Jadi, tidak heran kalau daerah itu dipenuhi oleh orang-orang yang berbelanja disana. Munkin juga, orang-orang mau berdesak-desakan disana karena memang benar-benar mau belanja. Atau juga, mereka hanya ingin jalan-jalan tuk menghilangkan rasa jenuh dirumah, seperti yang saya lakukan bersama temen.

Ketika saya jalan ditengah keramaian orang, tiba-tiba saya melihat ibu tua yang sedang duduk di pinggiran jalan. Ibu tua itu, kelihatannya sangat sedih sekali. Dengan rasa penasaran saya hampiri ibu tua tersebut. Seraya mengucapkan salam. “Assalamuikum” lalu ibu tua itu menjawab. “Walaikumsalam warahmatullahiwabarakatuh’, dengan jawaban yang sempurna. Karena kita dianjurkan, ketika orang mengucapakan salam, maka jawablah dengan jawaban yang sempurna. Seperti, jawaban ibu tadi.

Dengan modal bahasa arab amiyah,(bahasa sehari hari yang digunakan orang Mesir, atau orang Arab lainnya) yang pas-pasan. Tapi, lumayan-lah ibu tua itu bisa mengerti dan paham perkataan saya, hmmmm. Kalau di alih bahasakan menjadi bahasa indonesia, kira-kira jadinya seperti ini. Lho kok, jadi bahasa indonesia nih, bukannya berbicara sama orang Mesir. Yah, daripada saya nulisnya salah, kan jadinya malu sama anda yang membaca ini. Lalu, anda mengetawain saya donk! Boong, hanya just kidding. Lanjut aja yah, daripada saya ngebahas soal bahasa, jadinya kapan ceritanya. Sabar, katanya kan orang sabar disayang Tuhan.

“Ibu! Apa kabar? Sambil melirik kepada saya ibu itu menjawab. Alhamdulillah baik yabni, (Nak). Lalu, ibu tua itu malik nanya, darimana kamu nak? Owh, saya dari indonesia bu. Kemudian ibu tua tadi nanya lagi. Kamu lagi ngapain nak disini? Saya lagi jalan-jalan aja bu. Dan kebetulan saya lewat kesini. Melihat ibu sepertinya lagi bersedih. Maka, saya penasaran ingin bertanya kepada ibu. Sebenarnya ada apa bu? Dengan penuh semangat ibu itu bercerita. Begini nak! Ibu mempunyai seorang anak satu-satunya, tapi anak ibu sudah hampir dua minggu tidak pulang kerumah. Ibu khawatir, takut anak ibu kenapa-kenapa?

Sambil duduk saya bertanya lagi kepada ibu tua itu. Memangnya, ibu dari mana? Saya dari Mansurah nak. Jauh juga ibu dari Mansurah ke at Thaba. Iya nak! Ibu udah cape, lelah, dan sampai sekarang ibu masih belum menemukan anak ibu yang hilang itu. Mansurah adalah nama tempat yang ada di Mesir. Sebuah propinsi yang jauh dari kota Kairo.

Memangnya, anak ibu kenapa? Begini nak, anak ibu tidak seperti anak-anak yang lainnya. Ia sakit (kurang normal). Jadi, ibu sangat khawatir sekali. Ia tidak tau apa-apa, untuk pulang pun dia tidak tahu. Munkin dia kesasar tidak tahu jalan pulang.

Kemudian saya bertanya kembali. Kenapa ibu tidak lapor polisi aja bu. Kalau ibu lapor polisi, pasti anak ibu cepat ditemukan. Sambil menangis ibu tua itu menjawab. Ibu telah lapor polisi, tapi sampai saat ini belum ada kabarnya. Ibu sudah putus asa nak. Ibu harus mencari kemana lagi.

Mendengar perkataan seorang ibu tadi. Lamunan Saya langsung menerang jauh kedepan. Saya jadi teringat pada ibu sendiri. Bagaimana, seorang ibu yang selalu memikirkan anaknya yang nan jauh disana. Munkin, ia selalu memikirkan anaknya setiap detik, setiap jam, setiap hari, bahkan setiap detik napasnya. Ia selalu memikirkannya, bagaimana kabar anakku yang nan jauh disana. Ia selalu memikirkannya, bagaimana anakku sehat-sehat saja di sembrang sana. Walaupun, belum tentu anak yang dipikirkannya memikirkan ibunya.

Tak terasa, air matapun mengalir membasahi pipi saya. Karena saking terharunya dengan perkataan seorang ibu tua tadi. Bagaimana, seorang ibu yang telah tua renta. Masih tetap berjuang untuk mencari anak yang dicintainya. Ia tidak kenal lelah dan cape untuk tetap mencari belahan jiwanya. Walaupun, ia sendiri tidak tau keberadaan anaknya itu. Tapi pengorbanannya tak terbatas waktu.

Seorang ibu yang selalu sayang dan cinta pada anaknya. Seorang ibu yang selalu berkorban demi masa depan anaknya. Seorang ibu yang selalu memikirkan, bagaimana anaknya bisa tumbuh besar dengan sehat dan bahagia.

Cerita di atas hanya sebagai gambaran, begitu sayangnya seorang ibu terhadap anaknya. Sampai-sampai Saya sendiri di sini tidak bisa lagi melanjutkan obrolan dengan ibu tua tadi. Karena saya sudah tidak kuat lagi untuk meneruskan pembicaraan dengan ibu itu. Pikiran saya langsung buntu secara tiba-tiba. Tidak kuat lagi untuk mendengarkan ibu itu bercerita. Saya hanya bisa berucap, semoga ibu bisa cepat menemukan anak ibu yang hilang. Semoga Allah bisa mempertemukan ibu dengan dia.

Pada waktu itu, saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolongnya. Saya hanya berdoa dalam hati. “Ya Allah, semoga Engkau bisa mempertemukan ibu ini dengan anaknya”. Itu yang terucap dalam doa saya. Kemudian, saya minta izin untuk pamitan padanya. Dengan rasa sedikit gembira ibu itu berkata; terimakasih nak! Telah menemani ibu. Semoga Allah memberkati hidupmu. Amin. Itu jawaban yang saya dapat ucapkan.

Seorang Ibu yang telah melahirkan dan membesarkan kita dengan penuh kasih sayang tanpa mengharapkan imbalan apapun. Seorang Ibu yang mampu memberikan waktunya 24 jam sehari bagi anak-anaknya, tidak ada perkataan bosan, tidak ada perkataan lelah ataupun tidak mungkin. Seorang Ibu yang selalu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari, tiap menit, bahkan di sepanjang hidupnya. Bukan hanya waktu tertentu saja. Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan waktu, atapun hadiah kepada Ibu kita hanya pada waktu tertentu saja. Munkin hanya ketika kita sedang mengingatnya, atau sama sekali tidak. Sedangkan di hari-hari lainnya tidak pernah mengingatnya, boro-boro memberikan hadiah, untuk menelpon saja kita tidak punya waktu.

Kita akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita apabila kita mau memberikan sedikit waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar daripada hadiah yang diberikan kepadanya. Kasih dan sayangnya tidak pernah akan terbalas oleh apa pun. Bagi yang masih jauh dari ibu, Kapan kita terakhir kali menelpon Ibu? Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu ngobrol? kapan terakhir kali kita memberikan kecupan manis dengan ucapan terima kasih kepada Ibu kita? Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita?

Berikanlah kasih sayang selama Ibu kita masih hidup, percuma kita memberikan hadiah ataupun tangisan apabila Ibu telah tiada. Hanyalah doa dah perhatian yang ibu harapkan. Ibu pengorbananmu yang besar, kasih dan sayangmu yang tulus, tak bisa anakmu balas dengan apa pun. Semoga ibu selalu hidup bahagian di dunia dan di akhirat. Amin.

Kairo, kamis 28/4/2010

Ajidin.

http://ajidpurwakarta.blogspot.com/.

Tuesday, April 27, 2010

Persahabatan

Persahabatan

Persahabatan, kata ini munkin sangat akrab ditelinga saya, atau juga ditelinga anda semua. Apalagi kalau anda teringat dengan sebuah judul lagu dari, Zigaz (Sahabat jadi cinta)”. Seperti potongan lagunya; “satu kata yang sulit terucap, hingga bathinku tersiksa, Tuhan tolong aku jelaskanlah perasaanku berubah jadi cinta, tak bisa hatiku menapikan cinta, karena cinta tersirat bukan tersurat”........., wooow ! sangat dalam kata-katanya, sehingga saya terinspirasi ingin menulis disini. Kata orang kapan, dan dimanapun anda kalau mendapatkan inspirasi untuk menulis maka tuliskankanlah, walaupun itu hanya sekadar curat-coret biasa saja. Maka dari itu, saya ingin mengawali tulisan tentang persahabatan dengan sebuah potongan lagu tersebut. Tidak aneh dan asing lagi kata-kata persahabatan itu sebenarnya, karena sudah banyak orang yang membahas, menulis, sampai mendiskusikannya. Apa sebenarnya arti persahabatan itu?. Saya juga tertarik ketika banyak teman-teman yang sering berbicara tentang arti sebuah persahabatan. Tapi yang menarik bagi saya dalam pembicaraan itu, ketika salah satu dari teman saya bertanya, kenapa yah! Kok, banyak sekali terjadi persahabatan menjadi cinta.......,nanti dulu bro..,munkin yang anda bicarakan semua tentang persahabatan antara lawan jenis, bukan persahabatan sesama jenis, bagaimana persahabatan sesama jenis menjadi cinta, uupps...., homo kalee...nanti dulu jangan anda terburu-buru negatif thingking tentang arti persahabatan sesama jenis menjadi cinta, atau homo. Dan jangan salah meng-artikan cinta antara sesama, dan disamakan dengan arti cinta terhadap lawan jenis. Karena saya, atau anda bukan kaum gay yang berada di belanda, Amsterdam yang eksistensinya dilegalkan.

Dengan melirik seraya tersenyum manis saya menjawab, ..(hmmmm, tersenyum manis padahal, memang manis hehe...), nah! kalau masalah yang satu ini, saya pun tidak tahu, tetapi sedikitnya saya akan menjawab sesuai dengan persepsi dan kemampuan saya sendiri, karena semua orang boleh punya paradigma yang berbeda-beda. Maybe, yang anda katakan persahabatan menjadi cinta antara lawan jenis. Hal tersebut sudah tidak asing lagi ditelinga saya, dan telinga anda pun. Karena kita sering mendengarnya. Bisa jadi, persahabatan antara lawan jenis menjadi cinta karena salah satu di antara mereka telah mengetahui karakternya masing-masing. Sebenarnya jalinan persahabatan boleh dilakukan oleh siapa saja yang mengaku sebagai makhluk sosial. Karena kita hidup tidak akan terlepas dari yang namanya persahabatan, apakah itu persahabtan dilakukan antara lawan jenis, atau bukan. Sebagai makhluk sosial dengan pastinya kita memerlukan orang lain, kita tidak munkin hidup dengan sendirinya dan tidak membutuhkan orang lain. Apakah orang lain itu, sebagai teman, sahabat, kakak, saudara, adik, orangtua, dan yang lainnya.

Dalam kehidupan kita sering membutuhkan orang lain, apakah orang lain itu sebagai sahabat, sebagai kakak, saudara, atau sebagai teman special kita. Bisa juga, teman atau sahabat tempat kita berbagi, tempat curhat, atau tempat kita mencurahkan kesedihan, atau kebahagian ketika kita sedang mengalaminya. Karena ketika kita sedang mengalami kesedihan, ingin kita mencurahkannya kepada seseorang yang bisa mendengar, memberikan ketenangan dalam jiwanya. Tidak menutup kemunkinan semua orang mempunyai pengalaman seperti itu, termasuk saya dan anda. Dengan proses seperti itu, munkin satu sama lain mengetahui karakter, serta watak masing-masing yang pada akhirnya menimbulkan rasa sayang, atau cinta yang tidak di sadari kapan datang, dan dari mana awalnya. Proses waktu itulah yang mengantarkannya ke arah sana. Dengan proses itu, orang tidak akan lagi melihat siapa sahabat, atau temannya yang sering diajak ngobrol, atau curhat mempunyai fisik jelek atau tidak. Akan tetapi perhatian dan dorongan, serta motivasi yang ia terima ketika sedang mengalami kesedihan, dan ia selalu ada ketika ia membutuhkannya. Itu-lah munkin persahabatan timbul menjadi sebuah kasih sayang. So, pastinya semua orang punya donk! Tempat yang anda percayai untuk bercurhat, bercerita, berbagi pengalaman, atau untuk berbagai cerita sedih dan duka. Apakah itu berbentuk teman, kakak, sahabat, atau orang tua, atau juga orang yang special di mata anda. Yang jelas teman kita selalu membuat kita bahagia ketika kita mendapatkan kesedihan, selalu memberikan motivasi ketika kita tidak lagi mempunyai semangat hidup, selalu memberikan solusi ketika kita mendapatkan masalah, dan selalu memberikan gairah hidup untuk selalu bangkit dalam keterpurukan. Satu sama lain, saling membagi dan memberi. Hmmm, saya tidak akan membahas panjang lebar disini, karena anda lebih tahu daripada saya. Akan tetapi saya akan menulis sebuh kisah yang mudah-mudahan memberikan manfaat bagi saya, dan anda.

Di ceritakan ada dua orang yang bersahabat dengan baik, lagi saling percaya diantara keduanya. Sebut saja, mereka adalah Ali dan Umar. Sebagaimana diceritakan keduanya juga sering berbisnis bareng, sehingga kalau pun mendapatkan keuntungan pastinya sama-sama, dan selalu dibagi rata tidak pilih kasih. Singkat cerita, setelah sekian tahun lamanya mereka bersahabat tidak pernah mengalami perselisihan dan permusuhan, kalaupun ada masih tetap bisa ditolerir oleh keduanya dengan baik. Pada suatu hari keduanya mengadakan rapat bersama untuk menyusun rancangan, dan menetapkan transaksi perdagangan besar. Maka setelah adanya pertimbangan, dan ketetapan rencana diantara keduanya dengan melihat-melihat kondisi perdagangan tersebut. Secara tiba-tiba Ali mengusulkan untuk menangguhkan transaksinya, sedangkan Umar mengusulkan agar mempercepat trasaksi sebelum kesempatan yang sangat berharga itu hilang. Umar pun bersisi keras dengan pendapatnya itu untuk mempercepat transaksi, dan tanpa mengindahkan pendapat sahabatnya. Bahkan ia lupa, bahwa diantara ia dan sahabatnya ada hubungan kasih sayang, dan persahabatan yang terjalian sekian lama. Singkat cerita antara dua sahabat tadi terjadi perang dingin yang mengakibatkan diantara keduanya renggang satu sama lainnya. Karena keduanya sama-sama egois tidak mau mengalah. Bahkan Umar pun sempat terlintas dalam pikirannya untuk mengakhiri tali persahabatannya dengan Ali yang telah terjalin begitu lama itu.

Ternyata yah, persahabatan yang telah terjalin begitu lama pun, bisa pudar dengan seketika. Karena akibat kesalahpahaman diantara keduanya. Sebagai manusia biasa saya katakan hal itu, wajar-wajar saja, karena kita hidup tidak munkin selamanya berjalan dengan mulus. So, pastinya ada bumbu-bumbu yang bisa mempererat, atau membubarkan tali persahabatan tadi, apakah dengan beda pendapat atau dengan yang lainnya, seperti yang terjadi antara Umar dan Ali. Yang paling penting bagaimana diantara keduanya bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik.
Lanjut pada cerita diatas tadi, kemudian Umar pun pulang kerumahnya dalam keadaan penuh emosi. Akan tetapi ketika ia sampai dirumah, Umar menyadari dan ia berfikir lagi dengan kepala dingin tanpa emosi. Bahkan ia bisa berpikir dengan santai dan jernih. Dan pada akhirnya ia berkata pada dirinya sendiri; “sesungguhnya benar pendapat sahabat saya Ali, bagaimana saya harus marah dan benci, lagi memusuhi terhadap sahabat saya itu, bahkan saya telah menghancurkan tali persahabatan yang telah terjalin begitu lama”. Maka ketika Umar bangun dipagi hari, kemudian ia bergegas pergi kerumah sahabatnya Ali. Lalu ia berkata kepada sahabatnya dengan penuh rasa penyesalan. “Apakah anda tahu wahai Ali?, Sesungguhnya seorang muslim itu tidak halal baginya memusuhi saudaranya lebih daripada tiga hari. Dan aku sekarang telah datang kepada anda untuk mengadakan perdamaian sebelum waktu tiga hari itu tiba”.

Kemudian Ali menjawab seraya menebarkan senyuman manis diwajahnya; “saya tahu! demi Allah, sesungguhnya saya telah berniat hendak pergi kerumah anda, akan tetapi saya lebih mencintai anda yang pertama memulai perdamaian ini, karena sesungguhnya dua orang yang saling bermusuhan itu lebih baik bagi orang yang memulai pada saudaranya perdamaian, dan anda adalah lebih baik daripada saya”. Kemudian Umar berkata lagi; “Tidak sahabat, bahkan demi Allah! anda lebih baik daripada saya”. Lalu keduanya saling berangkulan dan bersalaman, dan selanjutnya mereka berdua duduk bersama sambil membahas tentang acara bisnisnya yang sempat tertinggal karena adanya kesalah pahaman. Akan tetapi sekarang keduanya saling memahami dan saling pengertian. Woow, indahnya apa yang telah dilakukan Ali dan Umar, mereka sama-sama berlomba untuk mendapatkan kebaikan.

Saya ketika menulis kisah tentang Ali dan Umar hanya bisa berkata, subhanallah, ternyata persahabatan yang di dasari dengan ikatan iman, dan ketakwaan yang kuat akan membuahkan kebahagian dan keindahan hidup. Saya, anda, dan kita semua pastinya mempunyai sahabat yang baik, atau kakak yang baik, atau orang tua yang baik, saudara yang baik, dan sahabat yang baik yang bisa memberi kepada anda, ataupun saya kebahagian. Apakah semua itu rekan bisnis, patner kerja, teman kuliah, teman special, teman curhat, teman berbagai pengalaman, dan yang lainnya. Semuanya tergantung kita mewarnainya, kalau kita mewarnainya dengan baik, insya Allah semuanya akan baik. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Umar dan Ali dalam cerita diatas. Saya ingin seperti Ali, dan saya juga ingin seperti Umar yang keduanya sama-sama pengertian, saling memahami karena pondasi dasar keduanya adalah, keimanan dan ketakwaan yang kuat. Boleh umur terus berkurang, boleh waktu terus berubah, boleh keinginan selalu berbeda, boleh cita-cita selalu berbeda, boleh ide-ide selalu berbeda, boleh nyawa memisahkan antara keduanya, akan tetapi tali persahabatan akan tetap abadi. Apabila semuanya di dasari keimanan dan ketakwaan yang kuat. Maka semuanya akan baik, bahkan ikatan persahabatannya akan menyelamatkan keduanya. Apakah anda masih setuju sahabat jadi cinta, seperti yang digambarkan lagu diatas, atau kisah yang saya tulis. Hmmm, semua itu terserah anda bagaimana mewarnainya. Walluhu’alam.

Bawabah tiga - Cairo
9/4/2010
Ajidin

Friday, April 23, 2010

ANDAI SAJA AL-QUR’AN SEBUAH NOVEL

ANDAI SAJA AL-QUR’AN SEBUAH NOVEL

Di malam jum’at, jam dingding pun telah menunjukan larut malam. Betapa kagetnya saya ketika melihat waktu begitu cepat berjalan. Padahal, kebiasaan orang-orang Asia khususnya orang Indonesia pada malam jum’at, selalu ramai dengan bacaan-bacaan surat Yasin, dan bacaan surat-surat lain ada di dalam Al-Qur’an.

Tapi kebiasaan itu, sangat berbeda ketika berada di negara Arab. Karena memang, malam jum’at bagi orang-orang Arab adalah hari libur mereka. Jadi, kegiatan pengajian pun sangat jarang mereka lakukan. Bukan berarti tidak ada. Masih ada anak-anak muda, orang tua, dan anak-anak kecil yang ikut pengajian di mesjid, dan ditempat-tempat lain.

Ah, saya pikir sama saja. Di malam jum’at, atau di hari-hari yang lain. Kalau al-Qur’an selalu di baca setiap hari, akan memberikan ketenangan pada jiwa yang membacanya. Walaupun, dalam membaca al-Qur’an tidak tahu makna yang dikandung di dalamnya. Munkin, ada sebagian orang yang paham arti dan maksud yang terkadung di dalamnya. Tapi itu, sangat jarang. Kadang membaca al-Qur’annya saja susah, dan tidak bisa sama sekali. Ada juga, sama sekali tidak pernah menyentuh yang namanya al-Qur’an. Aneh! Kadang. Tapi itulah realita yang ada.

Ada orang yang bilang. Bagaimana memahami isi kandungan al-Qur’an. Kalau membacanya aja susah banget. Ada juga yang bilang, baca al-Qur’an itu mudah. Yah, itu bagi orang yang telah bisa membaca al-Qur’an. Malah yang hapalpun banyak juga.

Ada yang bisa baca al-Qur’an, belum tentu hapal maknanya. Ada juga, yang bisa baca dan hapal maknanya. Tapi belum tentu juga, mengamalkan isi yang terkandung di dalamnya. Rumit memang, permasalahan ini. Tapi bagi saya, walaupun belum hapal makna bacaan yang terkandung di dalamnya. Sedikitnya orang mau membaca al-Qur’an. Karena al-Qur’an akan memberikan mukjizat tertentu bagi orang yang membacanya. Bahkan, ia akan memberikan ketenangan, ketentraman, dan kelembutan pada jiwa yang membacanya.

Apalagi di saat sekarang ini. Orang yang bisa membacanya dengan istiqomah, itu udah menjadi kebanggaan yang sangat besar. Walaupun, belum bisa dibarengi dengan pemahaman, dan pengamalan isi kandungannya. Belum lagi, sulit dan malasnya membaca al-Qur’an.

Hal ini juga, saya rasakan sendiri. Beda ketika saya sedang membaca novel, cerpen, dan komik, serta bacaan-bacaan yang lain. Yang tidak membutuhkan pemikiran yang berat. Rasanya, enak membacanya. Karena isi di dalamnya bisa saya pahami dengan cepat, otakpun cepat untuk menerimanya. Tapi beda ketika sedang membaca al-Qur’an. Karena bentuk hurufnya bahasa Arab, jadinya, kalau tidak paham bahasa Arab dan tidak belajar membacanya sangat sulit membacanya. Apalagi untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya.

Padahal, kalau kita bisa membaca al-Qur’an. Apalagi, bisa memahami isi kandungan dan maknanya. Lebih-lebih bisa mengamalkannya dengan penuh ke ikhlasan. Maka kita akan terpesona dengan al-Qur’an. Sama seperti, kita ketika melihat perempuan yang cantik menawan. Bagaimana rasanya kita melihat itu, oh! indah. Rasa-rasanya mata ini, tidak mau mengalihkan pandangan walau sekejap. Ingin terus menatap, bahkan tidak ingin meninggalkannya walau sedetik pun.

Karena al-Qur’an di dalamnya mengandung berbagai macam makna. Dan makna itu, tidak akan habis digali oleh manusia. Sampai ia matipun al-Qur’an akan tetap menjadi penerang bagi yang membaca, memahami, dan mengamalkannya. Dari mulai tata bahasanya, grametikalnya, surat-suratnya, kisah-kisahnya, susunan-susunan perhurufnya. Dan berbagaimacam yang terkandung dalam al-Qur’an sangat unik dan indah. Hanya manusia yang dapat membaca, memahami, dan mengamalkan al-Qur’an yang akan mengerti dan merasakan. Begitu indah, dan mempesonanya al-Qur’an.

Bagaimana dengan orang yang tidak bisa membaca al-Qur’an. Oh! Jangankan untuk mengatakan al-Qur’an itu, indah mempesona, dan unik. Kenal saja tidak. Bagaimana akan mengatakan itu. Persis seperti orang yang buta mengatakan. Oh, gunung itu indah sekali. Padahal ia sendiri belum pernah melihat gunung, bagaimana ia bisa mengatakan gunung itu indah. Kalau ia belum pernah melihat, memandanginya, dan menyentuhnya. Munkin karena ia buta. Jadinya, wajar saja. Tapi kalau ia tidak buta. Bagaimana itu bisa terjadi?.

Jadi orang yang tidak pernah mengenal, tidak pernah membaca, tidak pernah ingin belajar, tidak pernah ingin mengamalkan al-Qur’an. So, persisnya seperti orang buta yang mengatakan gunung itu indah. Atau seperti orang yang melihat, tapi tidak mau untuk mengenal al-Qur’an.

Tapi jangan bersedih hati. Tuhan tetap akan memberikan pahala bagi orang yang mendengarnya, walaupun ia tidak bisa membacanya.

Ah, alangkah indahnya. Apabila al-Qur’an selalu diburu ingin membacanya. Penasaran kalau belum membacanya, rindu kalau belum menemukannya. Gelisah apabila tidak mendapatkannya. Terpesona kalau sudah membacanya. Dan merasa sakit hati kalau meningalkannya. Oh, hidup di dunia ini serasa luas, lega, bahagia, bahkan serasa tidak pernah mempunyai masalah sedikit pun. Kalau sudah menyentuh, membaca, memahami, dan mengamalkan-mu, wahai al-Qur’an.

Rasanya ingin cepat bertemu dengan penulis, atau pengarangnya. Agar bisa minta tanda tangan, bisa berbicara dengannya. Bisa photo bareng, bisa menanyakan bagaimana bisa menuliskan cerita itu dengan baik, dan indah. Yang membuat orang terkagum-kagum, sekaligus membuat orang selalu memuji-mujinya.

Oh, sangat dahsyat rasanya. Kalau kita bisa membaca, memahami, dan mengamalkan isi kandungan al-Qur’an. Seperti novel, mudah untuk dibaca, dipahami, dihayati, sekaligus diamalkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.

Tapi menyedihkan, semua orang tidak memburu untuk membacanya. Tidak penasaran kalau tidak membacanya. Tidak rindu kalau tidak menemukannya. Andai saja al-Qur’an itu, sebuah novel pasti banyak orang yang mencarinya. Banyak orang yang merindukan ingin bertemu dengan penulisnya. Banyak orang yang selalu ingin berdialog dengannya. Kalau saja, semua orang tau, siapa pengarang al-Qur’an. Maka mereka akan selalu merindukannya. Mereka selalu penasaran ingin terus berdialog dengannya. Mereka selalu ingin memilikinya. Mereka selalu memelihara dan menjaganya. Mereka selalu ingin belajar untuk memahaminya. Mereka selalu ingin mengamalkannya.

Bahkan, pengarang al-Qur’an telah memberikan jaminan seratus persen. Bagi mereka yang selalu membacanya, memahaminya, dan mengamalkan isi kandungan di dalamnya. Hidupnya, akan penuh dengan kebahagian dimasa sekarang dan di masa yang akan datang. Yaitu, di dunia dan akhirat. Tapi beda dengan penulis novel, ia pun tidak bisa memberikan jaminan seperti yang diberikan pengarang al-Qur’an.

Akan tetapi kenapa, saya sendiri senang membaca novel daripada al-Qur’an. Rela berjam-jam duduk hanya untuk menamatkan cerita yang bikin penasaran. Tapi kenapa ketika membaca al-Qur’an pantant ini, rasanya pegal untuk melanjutkan bacaannya. Itulah al-Qur’an, ditunjukan bagi orang-orang yang mendambakan kehidupan yang abadi.

Namun, al-Qur’an tetaplah al-Qur’an yang selalu memberikan ketenangan, ketentraman, dan kebahagian bagi orang yang membacanya. Al-Qur’an bukanlah novel ayat-ayat cinta, al-Qur’an bukanlah novel laskar pelangi, atau novel-novel yang lagi booming dan fenomenal saat ini. Andai saja al-Qur’an sebuah novel, pasti engkau banyak yang mencarinya. Wallahu’alam.


Salam hangat

Ajidin..

Malam jum’at dikeramaian kota Kairo

23/4/2010

Bagaimana Menemukan Tuhan?

Bagaimana Menemukan Tuhan?

Ketika anda atau saya sedang mengalami fenomena yang sangat menyedihkan, atau fenomena yang menyakitkan sekalipun. Disitulah saya dan anda termasuk manusia semuanya akan ingat kepada Tuhannya, karena betapa banyak kejadian-kejadian yang mengajarkan saya dan anda termasuk manusia untuk berbuat seperti itu. Dimana sebahagian manusia, bahkan hampir seluruh manusia, sangat gampang untuk menemukan Tuhannya dikala ia sedang mengalami kegundahan, atau kesedihan yang menimpanya.

Hal itu, bukan fenomena yang aneh lagi ditelinga anda atau saya, bahkan sudah sering orang mengalami hal tersebut. Di saat manusia sedang mengalami kebahagian, ketenangan, kecukupan, dan kegembiraan sangatlah sulit bagi saya atau anda untuk menemukan keberadaan Tuhan, padahal sesungguhnya Tuhan selalu ada dan dekat. Hanya saja saya atau anda kurang menyadarinya, atau pura-pura tidak sadar untuk melupakan keberadaan Tuhan.

Ketika Tuhan sedang memberikan ujian kepada saya, atau anda (hamba-Nya) dengan kebahagian, banyaknya harta, kesehatan, ketenangan, kegembiraan dan sebagainya. Dikala itu pula saya atau anda (manusia) terlena dengan semua itu. Jarang saya atau anda (manusia) menyadari, bahwa semua itu hanya sebatas ujian yang diberikan kepada saya, atau anda agar selalu mengingat kepada-Nya. Justru apa sebaliknya yang terjadi ketika Tuhan memberikan semua itu, saya ataupun anda mengingkarinya, lupa kepada-Nya, atau saya dan anda pura-pura lupa untuk mengingatnya.

Saya dan anda pun lupa untuk mengucapkan rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikannya. Dan sangatlah sulit untuk mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan semua itu, bahkan untuk datang bercengkrama pun jauh untuk dilakukannya.

Tapi, kenapa?, ketika saya dan anda mengalami kesedihan, musibah, stres, dan berbagaimacan cobaan. Seolah-olah Tuhan sangatlah dekat dengan saya dan anda. Bahkan tanpa rasa malu sedikitpun saya dan anda datang kepada-Nya dengan mengadukan dan mencurhatkan berbagaimacam masalah yang sedang dialaminya. Terkadang saya dan anda berburuk sangka kepada-Nya, dengan mengatakan, kenapa Tuhan tidak berpihak kepada saya dan anda, kenapa Tuhan tidak adil kepada saya dan anda, kenapa Tuhan tidak sayang dan cinta kepada saya dan anda.

Dengan berbagai ragam pertanyaan selalu diajukan kepada Tuhan, kenapa dan kenapa? Bahkan seribu kata, atau bahkan sejuta kata kenapa diajukan kepada Tuhan. Dalam keadaan sedih dan stres, ataupun bingung, seolah-olah saya dan anda hidup sendirian, dan saya dan anda yang hanya hidup yang selalu bingung, stres, miskin, and kenapa orang lain tidak!. Itulah sebahagian sifat kemanusiaa saya dan anda, kalau sedang mendapatkan segala macan masalah, ujung-ujungnya selalu Tuhan yang selalu disalahkan, bahkan saya dan anda pun tidak menyalahkan dirinya yang selalu lupa ketika mendapatkan kebahagian dan kesenangan.

Tuhan selalu memberikan cobaan kepada manusia, termasuk saya dan anda. Apakah kita kuat dengan semua cobaan itu, atau tidak!. Tapi sesungguhnya kebanyakan manusia, termasuk saya dan anda kadang berhasil menjalani cobaan kemiskinan, kebingungan dan sebagainya. Akan tetapi betapa banyak manusia, termasuk saya dan anda yang gagal ketika diberikan cobaan dengan kesuksesan, harta yang banyak, kebahagian dan ketenangan. Tuhan selalu memberikan cobaan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, tidak lantas begitu saja, manusia termasuk saya dan anda mengaku berimana dibiarkan tidak diberi ujian.

Sebagaimana nabi Saw. Telah menceritakan bahwa sesungguhnya, Tuhan berfirman dalam hadits Qudsi-Nya; “Barangsiapa dia yang tidak ridha dengan takdir-Ku, dan tidak sabar atas ujian-Ku, maka pilih atau carilah Tuhan selain daripada-Ku”. Hal ini, telah mengindikasikan kepada siapa saja, termasuk saya dan anda yang mengatakan dirinya beriman kepada Tuhan, dan mengakui bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Dia, dan mengakui bahwa sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusan-Nya, maka Dia menguji kepada saya dan anda, serta seluruh manusia yang beriman untuk ridha dan sabar atas segala ujiannya.

Bahkan Dia mengatakan kepada semuanya, kalau seandainya saya dan anda, atau umat manusia seluruhnya tidak sanggup untuk sabar atas segala ujiannya dan bersyukur atas segala nikmat yang diberikannya, maka carilah Tuhan selain diri-Nya. Jika orang tua, teman, sahabat, pemerintah atau siapa saja yang mengusir saya dan anda, masih ada harapan mencari tempat lain untuk bisa dikujungi dan ditempati, akan tetapi kalau Tuhan yang mengusir saya dan anda akan kemana kita pergi dan memohon pertolongan, serta perlindungan.

Dengan demikian, marilah kita (saya dan anda) bersama-sama untuk menemukan Tuhan dikala kita sedang dalam keadaan tenang, bahagia, dan bahkan dalam keadaan kita banyak harta yang bisa di dermakan dijalan yang baik untuk bisa membantu orang-orang yang tidak mampuh. Jangan saja, kita (saya dan anda) bisa menemukan Tuhan dikala kita sedang bingung tidak punya uang untuk makan, sedang stres dikala diputuskan pacar, atau stres ketika kita mencari pekerjaan tidak dapat-dapat, atau sedih yang terlalu amat dalam.

Hal ini pula diceritakan oleh Sayyidah Aisyah ra. Ketika beliau bertanya kepada Rasulullah Saw; “Wahai Rasulullah, kapan manusia akan mengetahui tentang Tuhannya?, lalu beliau menjawab; “Apabila dia mengetahui tentang dirinya”. Dengan demikian, apabila manusia termasuk saya dan anda, mengetahui tentang fungsi dirinya, untuk apa Tuhan menciptakan dirinya, lalu apa darimana dan akan kemana dia (termasuk saya dan anda) akan pergi dan kembali. Maka disanalah manusia, termasuk saya dan anda akan mengetahui, menemukan, dan sangatlah membutuhkan kepada-Nya, serta mengakui keberadaan Tuhan dengan sebenar-benarnya.

Dan tidak hanya menemukan Tuhan dikala sedang bingung saja! Tapi munkin itulah jalan yang sangat mudah ketika kita ingin menemukan Tuhan, dikala sedang bingung, karena terasa disaat kita bingung Tuhan terasa dekat dihati. Semoga anda dan saya selalu mendapatkan karunia-Nya, amin. Wallahu’alam

Nasr City, Cairo,19-3-2010

Ajid

Keinginannya hanya Karena Allah....!!

Keinginannya hanya Karena Allah....!!

Ketika saya atau anda masih kecil, atau ketika masih sekolah dasar, sering kita ditanya oleh guru-guru, atau orang tua kita, kalian ingin menjadi apa nak setelah besar nanti. Begitu pula guru kita disekolah selalu bertanya kepada anak didiknya. Anak-anak yang ibu cintai, kalian semua setelah besar nanti ingin menjadi apa. Diantara kumpulan anak-anak itu, ada yang menjawab, saya setelah besar nanti ingin menjadi dokter bu! Ada juga yang menjawab, saya ingin menjadi presiden bu! Beranekaragam jawaban anak-anak pada waktu itu. Hampir semua anak-anak mempunyai keinginan dan cita-cita yang berbeda-beda.

Bahkan saya atau anda, kalau ditanya apakah anda ingin menjadi apa?, pasti jawabannya akan bermacam-macam tergantung individu masing-masing, dan keinginan dan cita-citanya. Indah sekali ketika Tuhan menciptakan manusia dengan beranekaragam bentuk, keinginan, dan cita-cita sekalipun. Kemudian Dia memberikan akal kepada manusia tersebut untuk berfikir, dan berusaha sekuat tenaga untuk merealisasikan keinginan dan cita-citanya itu. Apakah cita-cita dan keinginanannya itu selalu disandarkan kepada-Nya, atau mereka menyandarkan segala keinginan dan cita-cita kepada yang lain.

Saya disini akan mengutip sebuah kisah, dan mudah-mudahan kisah ini akan memberikan sebuah pelajaran yang berharga bagi kita semua. Kisah ini saya kutip dari sebuah buku yang bertuliskan bahasa arab yang berjudul “Asma Allah al-Husna”, yang ditulis oleh Samir Halabi, kisah ini akan mengajarkan kepada kita, bagaimana suatu keinginan yang dilandaskan kepada Tuhan akan selalu memperoleh kemenangan. Akan tetapi suatu keinginan dan cita-cita yang selalu disandarkan kepada hawa nafsu, ataupun disandarkan kepada selain Tuhan akan selalu mendapatkan kekalahan. Sebagaimana yang diceritakan dalam kisah tersebut yang akan saya ceritakan disini.

Pada zaman dahulu diceritakan ada seorang laki-laki sholeh yang rajin beribadah kepada Tuhannya. Sedangkan pada zaman itu kaum-kaumnya tidak menyembah Tuhan, bahkan mereka menjadikan sebuah pohon sebagai sesembahannya mereka selain daripada Tuhan. Diceritakan seorang laki-laki yang rajin beribadah itu hendak memberikan nasehat, dan peringatan kepada kaum-kaumnya, akan tetapi apa yang terjadi pada seorang tukang ibdah tadi. Ia hanya memperoleh ejekan dan olokan dari kaumnya.

Pada suatu hari seorang laki-laki tersebut memutuskan dan bertekad bulat untuk menebang sebuah pohon yang dijadikan sesembahan oleh kaum-kaumnya itu. Lalu ia berangkat dengan menunggangi Himar (karena pada waktu itu belum ada Mersedez Benz, jadinya Himar Benz, kalau sudah ada bisa jadi dia naik Benz kalee,...hehe...selingan sedikit) dengan membawa kampak untuk menebang pohon itu. Akan tetapi ditengah-tengah perjalanan menuju sebuah pohon tersebut, ia bertemu dengan Iblis yang menjelma menjadi bentuk seorang laki-laki. Karena dalam satu riwayat dikatakan, bahwasannya Iblis bisa mancala putra-mancala putri, ia bisa merubah bentuk sesuai dengan apa yang ia kehendaki. Dengan demikian, terjadilah dialog antara Iblis dengan seorang laki-laki tukang ibadah tadi yang hendak menebang sebuah pohon tersebut.

Iblis; “Mau berangkat kemana broo, (wah Iblisnya gaul nih, hmmm), kok tergesa-gesa begitu?”.

Tukang Ibadah; “iya nih broo!, (wah ternyata tukang ibadah pun tidak mau kalah sama Iblis, gaul juga, hehe,...) saya hendak berangkat kesuatu tempat untuk menebang (memotong) sebuah pohon yang dijadikan sesembahan oleh kaum-kaum, selain daripada Tuhan”. Dilanjut dialognya yah,.

Iblis; “Jangan pergi dan jangan anda lakukan.......kalau anda tidak pergi, maka saya akan memberikan satu kantong uang pada anda, dan saya akan menyimpannya dibawah bandal anda pada setiap malam”.

Siapa sih yang tidak terpikat dan tergiur dengan tawaran satu kantong uang yang diberikan setiap hari, apalagi tanpa usaha yang berat. Pasti hampir semua orang yang kurang keimanannya akan tergiur dengan tawaran yang diberikan Iblis tadi. Tukang ibadah sekalipun, tergiur dengan tawaran Iblis itu sehingga ia tidak jadi untuk menebang sebuah pohon yang dijadikan sesembahan para kaumnya tersebut. Karena ketertipuan dan keterpedayaan dengan rayuan gombal Iblis itu, kemudian seorang laki-laki tukang ibadah tidak jadi pergi untuk menebang pohon tersebut. Dan akhirnya ia pulang lagi kerumah, maka ketika ia terbangun di pagi hari, seraya menjulurkan tangannya kebawah bantal ternyata benar telah ada sekantung uang. Setelah itu seorang laki-laki tersebut menjadi kebiasaan menjulurkan tangannya kebawah bantal untuk mengambil sekantung uang. Akan tetapi pada hari berikutnya ia tidak mendapatkan sekantung uang lagi seperti biasanya. Dengan rasa kesal dan marah, lalu seorang laki-laki tukang ibadah tadi bergegas pergi menuju pohon tersebut untuk menebangnya. Seperti kejadian yang pertama ditengah perjalanan pun ia bertemu dengan Iblis lagi yang menjelma menjadi sosok manusia lagi.

Iblis: “ hai broo, how are u? (wah Iblis ternyata keren banget yah, hmmm) apa lagi yang ingin anda lakukan sekarang?”.

Tukang ibadah; “i’m fine and you?, (tidak mau kalau nih tukang ibadah....) saya hendak menebang pohon itu”.

Iblis; “owh, i’m good, (seraya melanjutkan pembicaraannya Iblis mejawab) Apabila anda sekarang hendak menebang pohon itu, maka saya akan mematahkan punggung anda, ia berkata dengan nada mengancam!”.

Tukang ibadah; “woow, dengan heran mendengar perkataan seorang Iblis itu, ia berkata; bukankah anda sebelumnya telah takut kepada saya”. Lalu dengan bangganya Iblis menjawab perkataan tukang ibadah tadi; “Sesungguhnya anda waktu pertama hendak menebang pohon itu tujuannya hanya karena Allah, walaupun anda masih tergoda. Adapun kali ini sesungguhnya anda hendak menebang pohon hanya rakus (tamak) karena uang, dengan pasti anda sekarang akan kalah dan tidak akan menang”.

Dalam kisah dan dialog antara Iblis dengan tukang Ibadah diatas menggambarkan, bagaimana seseorang tadi dengan niatnya yang baik untuk menebang sebuah pohon yang dijadikan sesembahan oleh para kaumnya pada waktu itu, walapun di tengah perjalanannya ia gagal karena tergiur oleh tawaran Iblis yang menggeiurkan. Dan pada akhirnya ia pun jatuh kedalamnya. Akan tetapi perjalanan pertama yang dilakukan oleh seorang Tukang ibadah dilandaskan pada niat yang tulus karena Tuhannya, tetapi kemudian niat yang kedua telah di tumpangi oleh rasa tamak (rakus) terhadap harta yang selalu di dapatnya dengan mudah. Maka dengan sendirinya, ia telah dikalahkan oleh Iblis dengan begitu mudahnya.

Dengan demikian, segala keinginan dan cita-cita yang selalu ditumpangi bukan karena Tuhan akan selalu gagal. Bahkan ketika ia menangpun akan selalu ingin berbuat hal yang lain, apalagi kalau segala sesuatunya diniatkan bukan karena Tuhannya, maka segalanya akan mudah terkalahkan. Bagaimana ketika kita ingin mencapai tujuan itu mengalami kegagalan, maka yang cepat disalahkan adalah, kenapa Tuhan tidak selalu berpihak baik kepada saya, atau anda.

Kisah diatas tadi mengajarkan kepada kita, bagaimana kita selalu bersikap dalam melakukan sesuatu itu hanya berlandaskan kepada Tuhan, bukan berlandaskan pada tujuan-tujuan tertentu. Karena segala sesuatu yang telah kita kerjakan hanya karena Tuhan, pasti dengan sendirinya akan mempunyai dampak yang baik terhadap segala yang kita kerjakan itu.

Sebagaimana sebuah proses untuk mencapai keinginan itu mengalami berbagaimacam halangan, dan rintangan. Di situlah indahnya segala proses untuk mencapai sebuah kemenangan dalam kehidupan. Bukan keinginan seorang tukan ibadah tadi yang terkalahkan oleh godaan Iblis yang memberinya harta yang banyak tanpa melalui proses yang panjang dan melelahkan. Dalam istilah filsafat ada yang namanya pencarian kebenaran, dan pada ujungnya pencarian tersebut berhenti pada kebenaran yang hakiki yaitu; Tuhan. Dalam perjalanannya manusia mengalami proses penyelaman terhadap jiwa yang terus mencari tentang sebuah kebenarannya. Seperti juga, pencarian terhadap impian dan keinginan yang hilang.

Dari sinilah manusia akan selalu mengalami keindahan nantinya, kalau mereka telah melaksanakan segala keinginan dan cita-citanya dengan baik, dan hanya segalanya disandarkan pada Tuhan. Bukan disandarkan pada suatu tujuan, seperti yang telah dilakukan Tukan ibadah tadi yang keinginan untuk menebang sebuah pohon itu, perjalanan yang kedua kalinya hanya di dasarkan pada ketamakannya. Dan pada akhirnya ia terkalah oleh Iblis.

Saya selalu berharap segala sesuatu yang kita lakukan segalanya hanya karena Tuhan, bukan karena ingin mendapatkan sesuatu. Apakah sesuatu itu berupa barang, harta, dan apa saja yang membuat kita lupa akan tujuan yang pertama. Semoga segala impian, keinginan, dan cita-cita waktu kecil kita yang selalu ditanyakan oleh guru dan orang tua kita, hanya dilandaskan pada Tuhan semata. Karena dengan izin Tuhan segalanya akan mendapatkan kemenangan pada akhirnya, walaupun semua itu membutuhkan proses yang panjang dan melelahkan, dan sangat membosankan. Akan tetapi pada akhirnya nanti kita akan mendapatkan kemenangan sekaligus kebahagian. Semoga bermanfaat, amin. Wallahu’alam.

Cairo, 7/4/2010

Ajidin

Kompleksitas Permasalahan di Timur-Tengah

Kompleksitas Permasalahan di

Timur-Tengah

Oleh. A Ajidin

A. Pendahuluan.

Kejadian 11 September 2001 yang lalu, setelah gedung WTC dan Pentagon yang merupakan dua simbol ketahanan Amerika Serikat telah jatuh ditangan teroris, itu kata mereka. Setelah kejadian tersebut, AS selalu getol meng-kampanyekan slogan pemberantasan “Terorisme”. Sampai-sampai penyerangan AS terhadap Irak salah satu dalihnya adalah, karena adanya terorisme, walaupun pada kenyataannya berawal dari adanya teori adanya senjata pemusnah massal yang membahayakan keamanan dunia. Yah! lebih tepatnya disebut dengan senjata Nuklir. Isu itulah semakin merebak keberbagai pihak, dan berbagai lapisan yang ada. Padahal kalau kita perhatikan isu itu telah basi, justru yang harus diperhatikan adalah, bagaimana mencarikan solusi pemecahannya.

Isu yang paling menyeruak sekarang adalah, problematika Tim-Teng tentang permasalahan konflik Palestina yang masih tetap berjalan sampai saat ini. Yang perlu kita pikirkan adalah, bagaimana negara Palestina bisa keluar dari konflik tersebut. Yah! Minimalnya bangsa Palestina bisa merasakan kemerdekaan yang terbebas dari penjajahan yang melanda negaranya, sejak tahun 1919 perang Dunia Pertama, sampai saat ini yang terjadi pada tahun 1948.

Ada dua fase penting yang harus kita perhatikan, kenapa Amerika selalu getol mengorek-ngorek stabilitas dunia Arab. Dua fase tersebut diantaranya; pertama, fase perang dingin, dan kedua, fase setelah perang dingin. Sedangkan fase pada perang dingin mencakup beberapa unsur penting yang bisa dijadikan standarisasi rujukan, kenapa sih Amerika Serikat selalu ingin ikut campur di dunia Arab. Pertama; Setelah jatuhnya negara Uni Soviet, ia (AS) semakin gencarnya menghegemoni bangsa-bangsa lain. Sebagaimana dikatakan oleh para pengamat politik, bahwasannya politik dan strategi AS ingin menguasai dunia Arab setelah adanya perang dunia kedua pada abad 20-an, yang terjadi sekitar tahun 50-an. Dimana Uni Soviet tidak diperbolehkan untuk mendekati daerah regional, apalagi setelah Uni Soviet mengadakan perjanjian senjata dengan Mesir pada 1955. Kedua, Permasalahan minyak, inilah yang paling dominan. Apalagi setelah selesai perang dunia kedua orientasi politik AS pada negara Arab, bukan lagi permasalahan stabilitas keamanan dan perdamaian akan tetapi lebih lagi tentang permasalahan minyak yang menjadi isu sentral. Karena minyak merupakan salah sumber daya alam (SDA) yang besar yang dimiliki bangsa Arab. Apalagi setelah bangsa Arab menjadikan minyak sebagai senjata penting untuk mengalahkan peperangan. Hal ini terjadi pada oktober 1973. Ketiga; jaminan keamanan bagi bangsa Israel. Salah satu cara bagaimana AS mudah untuk menguasai bangsa Arab secara keseluruhan, maka jalan yang terpenting adalah, membantu bangsa Israel dari ancaman bangsa Arab untuk dijadikan sebagai fatner-nya.[1]

Sedangkan orientasi politik AS setelah perang dingin mempunyai beberapa unsur, akan tetapi ada tiga unsur penting yang harus kita perhatikan. Pertama; bentrokan antara bangsa Arab—Israel, kedua; keamanan daerah Teluk, dan ketiga; mengusung jargon demokrasi dan hak asasi manusia (HAM). Saya fikir unsur ketiga ini-lah yang menjadi titik sentral yang sering kita dengar didengung-dengungkan oleh Amerika Serikat.[2]

B. Pengentasan Kemiskinan dan Kebodohan.

Isu tentang pengentasan kemiskinan dan kebodohan pasti sering kita dengar diberbagai negara, bahkan diberbagai kalangan pengamat, peneliti, ilmuwan, cendikiawan, dan mahasiswa sekalipun mereka berbicara tentang hal tersebut. Akan tetapi betapa sulitnya isu tersebut direalisasikan, dan diaplikasikan.

Kebahagian manusia telah menjadi tujuan utama dari semua masyarakat. Namun, ada perbedaan pandangan mengenai apa yang membentuk kebahagian itu dan bagaimana hal itu dapat direalisasikan. Meskipun kondisi meteriil bukanlah satu-satunya isi dari kebahagian itu, pandangan sekuler modern yang sangat menekankan pada kondisi-kondisi demikian tampak percaya bahwa kebahagian dapat dijamin bila tujuan-tujuan materi tertentu dapat direalisasikan. Tujuan-tujuan ini antara lain adalah pengentasan kemiskinan, pemenuhan kebutuhan materi bagi semua individu, ketersediaan peluang bagi setiap orang untuk dapat hidup secara terhormat, dan distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata. Bagaimanapun juga tidak ada sebuah negara di dunia ini, baik itu kaya maupun miskin, yang telah berhasil merealisasikan sasaran meteriil ini.[3]

Hingga misalnya, negara Mesir sekalipun belum bisa mengadakan pemerataan kemiskinan dan pengentasan kebodohan. Namun sedikitnya, ada semacam usaha untuk menuju ke-arah itu. Seperti, dengan adanya propaganda-propaganda, iklan-iklan, dan gerakan tertentu untuk senantiasa berusaha mengajak pada masyarakatnya untuk maju. Apakah itu, dalam pendidikan, perekonomian, dan budaya, semuanya telah digerakan untuk kemajuan masyarakatnya. Sebagaimana telah disampaikan oleh PM, Ahmad Nazhif pada sidang MPR-nya.

C. Pemahaman Islam nan parsial, menjadikan timbulnya perpecahan dan saling memusuhi penuh kecurigaan.

Sampai tahun-tahun 1960-70-an, pemikiran manusia telah mengetahui gagasan khusus tentang dunia, atau dunia-dunia dalam bentuk jamak. Gagasan ini sendiri menumbuhkan sejumlah besar gambaran yang memiliki aneka produktifvitas spritual, artistik, dan ilmiah yang sesuai dengan lingkungan budaya dan berbagai pengalaman sejarah. Oleh karena itu, berkat Copernicus, Galileo, dan Kepler, manusia melampui “dunia yang tertutup” ke dunia yang “tanpa batas”. Apa yang dinamakan hubungan internasional dulunya sama sekali tidak mencakup konsep globalisasi sebagai kekuatan-kekuatan aktif dan realitas-realitas yang ditemukan atau dialami oleh semua orang dan masyarakat pada masa sekarang.

Globalisasi mempengaruhi semua tradisi budaya, agama, filsafat, dan politik hukum yang telah ada; bahkan modernitas yang muncul dari pemikiran Pencerahan pun tidak luput dari pengaruh tersebut. Itulah sebabnya, sejak tahun-1980-an, banyak pengamat, pemikir, dan peneliti, khususnya di Amerika Serikat, berbicara tentang pasca-modernitas. Lintasan sejarah linier yang dimulai di Eropa Barat selama abad ke-17 dan ke-18, globalisasi memaksa orang-orang Eropa sendiri untuk berbicara mengenai batasan-batasan dan efek-efek negatif dari pemikiran pencerahan yang telah memungkinkan dibentuknya negara-negara bangsa sekuler, demokrasi, dan liberal, kemajuan penelitian ilmiah dan transisi dari solidaritas-solidaritas karena kesamaan suku, darah, dan keyakinan.[4]

Dari pengaruh globalisasi yang tak bisa dibendung membuat kita kewalahan dalam menangkisnya. Karena hal itu, merupakan sunnatullah yang tidak bisa dihindari. Yang paling penting yang harus kita lakukan adalah, bagaimana menghadapi globalisasi modern dengan pemaham islam yang komprehensif. Dengan begitu, tidak adanya saling kecurigaan dan saling menuduh antara yang satu dengan yang lain. Sebagaimana yang telah terjadi dimana belahan dunia, seolah-olah islam yang menjadi malapetaka bagi umat manusia. Padahal sesungguhnya, justru dengan islam itulah manusia hidup penuh dengan kedamaian. Tapi kita tidak bisa memungkiri bahwasannya mungkin disebahagian negara, ataupun disebahagian lapisan masyarakat islam hanya bisa memahami islam dengan bentuk jihad yang dilakukan dengan kekerasan dan semacamnya. Jihad-itulah yang sering mereka salah pahami.

D. Bias Jender dan partisipasi kaum wanita, klaim dan sudut pandang dunia pada terorisme islam dan keamanan.

Jender menjadi isu yang penting dalam rangka membangun relasi yang setara antara laki-laki dan perempuan. Hal ini sejalan dengan perkembangan di mana keterlibatan perempuan dalam wilayah publik sendiri mendesakkan perlunya kesadaran jender. Dalam berbagai tradisi, menurut Harirah, sejarah perempuan menyisakan tragedi yang buram dan memperihatinkan. Bangsa Yunani dan Romawi pada zaman dahulu menganggap kaum perempuan sebagai budak yang tidak memiliki hak apa pun atas dirinya. Filosof sekaliber Aristoteles pun mengatakan bahwa posisi perempuan dihadapan laki-laki menyerupai posisi hamba dihadapan tuan, pekerja di hadapan ilmuwan dan derajat laki-laki jauh lebih unggul atas perempuan. Di Jazirah Arab, sebelum masa kerasulan (bi’tsah) Nabi Muhammad, bangsa Arab menyikapi dengan penuh kebencian kelahiran bayi perempuan karena dianggap sebagai pembawa bencana, aib, malu dan boleh dikubur hidup-hidup.

Kedatangan islam sebagai penuntun (hadi), pembawa kabar (basyir), dan pemberi peringatan (nazhir) bagi manusia, membuat pandangan terhadap perempuan berubah. Islam mendeklarasikan laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dihadapan Tuhan. Disparitas antara nilai-nilai kesetaraan laki-laki dan perempuan yang diajarkan Islam dengan kehidupan praksis tetap berlangsung sampai sekarang, meskipun tidak separah masa sebelumnya. Ini bisa dilihat dari stereotype (pelabelan negatip) dan mitos kultural yang dilekatkan pada perempuan, misalnya tugas perempuan hanya pada wilayah domestik, perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi, dan sebagainya. Ini merupakan pengaruh budaya patriarkis (male dominated) yang telah merasuk di seluruh ranah kehidupan, ekonomi, sosial, politik, dan juga agama.[5]

Sebenarnya isu-isu tentang Jender telah banyak diusung oleh berbagai kalangan yang fro terhada isu tersebut. Seperti juga, di Mesir pada pemilu Presiden yang lalu sempat ada tercantum nama Nawal Sa’dawi sebagai salah satu calon presiden. Hal ini berarti didunia islam telah ada sedikit pergerakan yang menujukearah sana. Walaupun pada hakikatnya bias Jender tersebut, sangat mempengaruhi pada salah satu pihak, apakah itu pihak laki-laki atau pihak perempuan. Karena mungkin, emansipasi wanita, dan berbagai macam penamaan yang mengistilahkan tentang wanita masih sangat tabu du dunia yang berbasis islam. Beda lagi dengan negara adidaya seperti, Amerika Serkat, dan negara barat lainnya hal itu telah lumrah.

E. Pelanggaran HAM parah dan lemahnya penegakan hukum.

Sejak bubarnya Uni Soviet sebagai kekuasaan geopolitik, Amerika Serikat melakukan pengawasan hegemonik atas semua kekuatan globalisasi. Orang-orang Eropa, termasuk Rusia dan bekas negara-negara yang bergantung padanya, alih-alih memelihara persaingan, tetapi malah mencari berbagai persekutuan, kontrak, dan kerjasama dengan Amerika Serikat. Oleh karena itu, beban hegemoni ini membuat Amerika Serikat merasa lebih superior daripada rakyat dan bangsa yang lain dalam proses emansipasi dan unifikasi. Hak bangsa-bangsa untuk menentukan nasib sendiri, yang memberikan banyak ilusi mengenai emansipasi nasional dalam konteks perang Dingin, telah menjadi kegilaan ideologis dalam menyikapi bermunculannya perang saudara yang mengoyak-ngoyak banyak masyarakat yang telah lama berada dalam genggaman nasionalisme totaliter dan proyeksikan secara tiba-tiba kepada liberalisme yang buas dari McWorld, yaitu; bantuan kemanusian bagi rakyat-rakyat yang ada dalam bahaya pembunuhan massal. Yang samar-samar dan menyesatkan dengan konsep yang dikembangkan oleh pendahulu mereka (kolonialis). Seperti penidasan yang terjadi di, Palestina, Aljazair Iran, Sudan, Bosnia, Irak, Libanon, dan sebagainya.[6]

Saya pikir semua kejadian yang menindas pada umat diberbagai belahan dunia perlu adanya penangan yang serius. Di sinilah peran aktif PBB yang kita harapkan untuk menangani berbagai kasu dunia. Dan salah satu kasus yang paling penting adalah, tenang HAM (hak asasi manusia) yang sering diusung oleh bangsa-bangsa yang telah maju. Akan tetapi yang paling aneh, hak-hak bangsa Palestina yang sering mendapatkan jajahan dari bangsa Israel sering terabaikan. Seperti, apakah sebenarnya HAM itu?.

F. Diktatorisme politik dan pembungkaman pendapat dan hak suara

Istilah dikatator, sewenang-wenang, zalim semua istilah itu sebenarnya sudah tidak asing lagi ditelinga kita semua. Dalam suatu pemerintahan, negara, organisasi, ataupun hanya kumpulan manusia yang terdiri dalam beberapa orang, itu semua tidak terlepas dari suatu kendali. Nah! Kendali itulah yang dipangku oleh seseorang, apakah seseorang itu berbuat adil, atau demokrasi, atau dia berbuat zalim, atau dikatator. Semuanya tergantung pada pondasi dasar pemimpin tersebut.

Suatu contoh, ketika AS menyerang Irak dalam satu pihak rakyat Irak mendukung, dan dalam pihak yang lain menentang. Mungkin bisa jadi masyarakat yang mendukung tentang kejatuhan rezim Saddam Husain itu, sudah tidak merasakan kebebasan dan keamanan lagi, atau mungkin juga sudah bosan dengan rezim tersebut. Karena suatu pemerintahan kalau sudah berkuasa dalam tempo waktu yang lama, akan mengalami sebuah kristalisasi penetapan kekuasaan.

Sampai sekarang hampir disemua negara sudah timbul berbagai tuntutan yang disuguhkan pada pemerintah yang memimpi-nya, karena masyarakatnya merasa tidak puas dengan kebijakan-kebijakan pemerintahnya. Hampir semua aspirasi masyarakat dibungkam dengan kekuatan militer yang ada. Tidak jauh-lah negara Mesir sekarang ini, walaupun dikoran-koran, media-media cetak telah di dengung-dengungkan kebebasan bersuara, pemilu secara demokratis, tapi semua itu masih dalam tahap teoritis. Itu hampir terjadi dibelahan dunia yang ada. Hak suara dan kebebasan berpendapat masih tetap saja terbungkam dengan rezim yang berkuasa.

G. Penutup.

Dari pemaparan diatas masih-lah sangat jauh dari sebuah analisis, apalagi dikatakan dengan judul yang saya tulis “sangat komplek-nya permasalahan di Timteng” itu tidak mewakilinya pada permasalahan tersebut. Akan tetapi mudah-mudahan bisa mengantarkan pada diskusi kita pada kali ini, untuk bisa menganalisa permasalahan yang ada Timur-tengah sekarang ini. Karena dengan sangat kompleks permasalahan tersebut, saya hampir tidak bisa menyimpulkan hal yang mana yang harus dtuangkan pada tulisan kali ini.

Saya hanya bisa mengajak teman-teman untuk sama-sama melihat dan menganalisis permasalahan-permasalahan yang ada sekaranga ini. Apakah kita akan memulai dari permasalahan, Palestina, Libanon yang semakin terpuruk, atau kita akan melihat permasalahan Sudan, Irak, Syiria, dan negara-negara yang lain yang terus menjadi tema sentral kajian kita kali ini.

Pada kesimpulannya, saya mengajak mari kita sama-sama menganalisis dan memberikan solusi terbaik bagi umat yang tertindas. Akan bisakah kita memberikan solusi konkrit bagi mereka?, atau hanya teori semata yang hanya bisa berikan kepada mereka untuk sekarang ini. Wallau’alam.

Makalah Kajian CIMAS (Center For Information of Middle East and Africa Studies)

Wisnu,Kamis 21 pebruari 2008



[1] Lihat: Markaz Dirasat al-Wihdah al-Arabiyah “Shana’at al-Karahiyah fii al-‘Alaqat al-Arabiyah—al-Afrkiyah, hal:71-73. Cet. III.

[2] Ibid, hal: 91.

[3] Lihat: Islam dan Tantangan Ekonomi, DR. M. Umer Chapra, hal: 1, pen: Gema Insani Pres.

[4] Lihat: Farhad Daftray (ed.), “Tradisi-tradisi Intelektual Islam”, hal: 263, Pen; Erlangga

[5] Lihat: Islam Emansipatoris, menafsir Agama untuk praksis pembebasan, Very verdiansyah, hal: 142-143, pen; P 3M.

[6] Ibid. hal; 266.