Friday, April 23, 2010

Keinginannya hanya Karena Allah....!!

Keinginannya hanya Karena Allah....!!

Ketika saya atau anda masih kecil, atau ketika masih sekolah dasar, sering kita ditanya oleh guru-guru, atau orang tua kita, kalian ingin menjadi apa nak setelah besar nanti. Begitu pula guru kita disekolah selalu bertanya kepada anak didiknya. Anak-anak yang ibu cintai, kalian semua setelah besar nanti ingin menjadi apa. Diantara kumpulan anak-anak itu, ada yang menjawab, saya setelah besar nanti ingin menjadi dokter bu! Ada juga yang menjawab, saya ingin menjadi presiden bu! Beranekaragam jawaban anak-anak pada waktu itu. Hampir semua anak-anak mempunyai keinginan dan cita-cita yang berbeda-beda.

Bahkan saya atau anda, kalau ditanya apakah anda ingin menjadi apa?, pasti jawabannya akan bermacam-macam tergantung individu masing-masing, dan keinginan dan cita-citanya. Indah sekali ketika Tuhan menciptakan manusia dengan beranekaragam bentuk, keinginan, dan cita-cita sekalipun. Kemudian Dia memberikan akal kepada manusia tersebut untuk berfikir, dan berusaha sekuat tenaga untuk merealisasikan keinginan dan cita-citanya itu. Apakah cita-cita dan keinginanannya itu selalu disandarkan kepada-Nya, atau mereka menyandarkan segala keinginan dan cita-cita kepada yang lain.

Saya disini akan mengutip sebuah kisah, dan mudah-mudahan kisah ini akan memberikan sebuah pelajaran yang berharga bagi kita semua. Kisah ini saya kutip dari sebuah buku yang bertuliskan bahasa arab yang berjudul “Asma Allah al-Husna”, yang ditulis oleh Samir Halabi, kisah ini akan mengajarkan kepada kita, bagaimana suatu keinginan yang dilandaskan kepada Tuhan akan selalu memperoleh kemenangan. Akan tetapi suatu keinginan dan cita-cita yang selalu disandarkan kepada hawa nafsu, ataupun disandarkan kepada selain Tuhan akan selalu mendapatkan kekalahan. Sebagaimana yang diceritakan dalam kisah tersebut yang akan saya ceritakan disini.

Pada zaman dahulu diceritakan ada seorang laki-laki sholeh yang rajin beribadah kepada Tuhannya. Sedangkan pada zaman itu kaum-kaumnya tidak menyembah Tuhan, bahkan mereka menjadikan sebuah pohon sebagai sesembahannya mereka selain daripada Tuhan. Diceritakan seorang laki-laki yang rajin beribadah itu hendak memberikan nasehat, dan peringatan kepada kaum-kaumnya, akan tetapi apa yang terjadi pada seorang tukang ibdah tadi. Ia hanya memperoleh ejekan dan olokan dari kaumnya.

Pada suatu hari seorang laki-laki tersebut memutuskan dan bertekad bulat untuk menebang sebuah pohon yang dijadikan sesembahan oleh kaum-kaumnya itu. Lalu ia berangkat dengan menunggangi Himar (karena pada waktu itu belum ada Mersedez Benz, jadinya Himar Benz, kalau sudah ada bisa jadi dia naik Benz kalee,...hehe...selingan sedikit) dengan membawa kampak untuk menebang pohon itu. Akan tetapi ditengah-tengah perjalanan menuju sebuah pohon tersebut, ia bertemu dengan Iblis yang menjelma menjadi bentuk seorang laki-laki. Karena dalam satu riwayat dikatakan, bahwasannya Iblis bisa mancala putra-mancala putri, ia bisa merubah bentuk sesuai dengan apa yang ia kehendaki. Dengan demikian, terjadilah dialog antara Iblis dengan seorang laki-laki tukang ibadah tadi yang hendak menebang sebuah pohon tersebut.

Iblis; “Mau berangkat kemana broo, (wah Iblisnya gaul nih, hmmm), kok tergesa-gesa begitu?”.

Tukang Ibadah; “iya nih broo!, (wah ternyata tukang ibadah pun tidak mau kalah sama Iblis, gaul juga, hehe,...) saya hendak berangkat kesuatu tempat untuk menebang (memotong) sebuah pohon yang dijadikan sesembahan oleh kaum-kaum, selain daripada Tuhan”. Dilanjut dialognya yah,.

Iblis; “Jangan pergi dan jangan anda lakukan.......kalau anda tidak pergi, maka saya akan memberikan satu kantong uang pada anda, dan saya akan menyimpannya dibawah bandal anda pada setiap malam”.

Siapa sih yang tidak terpikat dan tergiur dengan tawaran satu kantong uang yang diberikan setiap hari, apalagi tanpa usaha yang berat. Pasti hampir semua orang yang kurang keimanannya akan tergiur dengan tawaran yang diberikan Iblis tadi. Tukang ibadah sekalipun, tergiur dengan tawaran Iblis itu sehingga ia tidak jadi untuk menebang sebuah pohon yang dijadikan sesembahan para kaumnya tersebut. Karena ketertipuan dan keterpedayaan dengan rayuan gombal Iblis itu, kemudian seorang laki-laki tukang ibadah tidak jadi pergi untuk menebang pohon tersebut. Dan akhirnya ia pulang lagi kerumah, maka ketika ia terbangun di pagi hari, seraya menjulurkan tangannya kebawah bantal ternyata benar telah ada sekantung uang. Setelah itu seorang laki-laki tersebut menjadi kebiasaan menjulurkan tangannya kebawah bantal untuk mengambil sekantung uang. Akan tetapi pada hari berikutnya ia tidak mendapatkan sekantung uang lagi seperti biasanya. Dengan rasa kesal dan marah, lalu seorang laki-laki tukang ibadah tadi bergegas pergi menuju pohon tersebut untuk menebangnya. Seperti kejadian yang pertama ditengah perjalanan pun ia bertemu dengan Iblis lagi yang menjelma menjadi sosok manusia lagi.

Iblis: “ hai broo, how are u? (wah Iblis ternyata keren banget yah, hmmm) apa lagi yang ingin anda lakukan sekarang?”.

Tukang ibadah; “i’m fine and you?, (tidak mau kalau nih tukang ibadah....) saya hendak menebang pohon itu”.

Iblis; “owh, i’m good, (seraya melanjutkan pembicaraannya Iblis mejawab) Apabila anda sekarang hendak menebang pohon itu, maka saya akan mematahkan punggung anda, ia berkata dengan nada mengancam!”.

Tukang ibadah; “woow, dengan heran mendengar perkataan seorang Iblis itu, ia berkata; bukankah anda sebelumnya telah takut kepada saya”. Lalu dengan bangganya Iblis menjawab perkataan tukang ibadah tadi; “Sesungguhnya anda waktu pertama hendak menebang pohon itu tujuannya hanya karena Allah, walaupun anda masih tergoda. Adapun kali ini sesungguhnya anda hendak menebang pohon hanya rakus (tamak) karena uang, dengan pasti anda sekarang akan kalah dan tidak akan menang”.

Dalam kisah dan dialog antara Iblis dengan tukang Ibadah diatas menggambarkan, bagaimana seseorang tadi dengan niatnya yang baik untuk menebang sebuah pohon yang dijadikan sesembahan oleh para kaumnya pada waktu itu, walapun di tengah perjalanannya ia gagal karena tergiur oleh tawaran Iblis yang menggeiurkan. Dan pada akhirnya ia pun jatuh kedalamnya. Akan tetapi perjalanan pertama yang dilakukan oleh seorang Tukang ibadah dilandaskan pada niat yang tulus karena Tuhannya, tetapi kemudian niat yang kedua telah di tumpangi oleh rasa tamak (rakus) terhadap harta yang selalu di dapatnya dengan mudah. Maka dengan sendirinya, ia telah dikalahkan oleh Iblis dengan begitu mudahnya.

Dengan demikian, segala keinginan dan cita-cita yang selalu ditumpangi bukan karena Tuhan akan selalu gagal. Bahkan ketika ia menangpun akan selalu ingin berbuat hal yang lain, apalagi kalau segala sesuatunya diniatkan bukan karena Tuhannya, maka segalanya akan mudah terkalahkan. Bagaimana ketika kita ingin mencapai tujuan itu mengalami kegagalan, maka yang cepat disalahkan adalah, kenapa Tuhan tidak selalu berpihak baik kepada saya, atau anda.

Kisah diatas tadi mengajarkan kepada kita, bagaimana kita selalu bersikap dalam melakukan sesuatu itu hanya berlandaskan kepada Tuhan, bukan berlandaskan pada tujuan-tujuan tertentu. Karena segala sesuatu yang telah kita kerjakan hanya karena Tuhan, pasti dengan sendirinya akan mempunyai dampak yang baik terhadap segala yang kita kerjakan itu.

Sebagaimana sebuah proses untuk mencapai keinginan itu mengalami berbagaimacam halangan, dan rintangan. Di situlah indahnya segala proses untuk mencapai sebuah kemenangan dalam kehidupan. Bukan keinginan seorang tukan ibadah tadi yang terkalahkan oleh godaan Iblis yang memberinya harta yang banyak tanpa melalui proses yang panjang dan melelahkan. Dalam istilah filsafat ada yang namanya pencarian kebenaran, dan pada ujungnya pencarian tersebut berhenti pada kebenaran yang hakiki yaitu; Tuhan. Dalam perjalanannya manusia mengalami proses penyelaman terhadap jiwa yang terus mencari tentang sebuah kebenarannya. Seperti juga, pencarian terhadap impian dan keinginan yang hilang.

Dari sinilah manusia akan selalu mengalami keindahan nantinya, kalau mereka telah melaksanakan segala keinginan dan cita-citanya dengan baik, dan hanya segalanya disandarkan pada Tuhan. Bukan disandarkan pada suatu tujuan, seperti yang telah dilakukan Tukan ibadah tadi yang keinginan untuk menebang sebuah pohon itu, perjalanan yang kedua kalinya hanya di dasarkan pada ketamakannya. Dan pada akhirnya ia terkalah oleh Iblis.

Saya selalu berharap segala sesuatu yang kita lakukan segalanya hanya karena Tuhan, bukan karena ingin mendapatkan sesuatu. Apakah sesuatu itu berupa barang, harta, dan apa saja yang membuat kita lupa akan tujuan yang pertama. Semoga segala impian, keinginan, dan cita-cita waktu kecil kita yang selalu ditanyakan oleh guru dan orang tua kita, hanya dilandaskan pada Tuhan semata. Karena dengan izin Tuhan segalanya akan mendapatkan kemenangan pada akhirnya, walaupun semua itu membutuhkan proses yang panjang dan melelahkan, dan sangat membosankan. Akan tetapi pada akhirnya nanti kita akan mendapatkan kemenangan sekaligus kebahagian. Semoga bermanfaat, amin. Wallahu’alam.

Cairo, 7/4/2010

Ajidin

No comments: