Friday, April 23, 2010

ANDAI SAJA AL-QUR’AN SEBUAH NOVEL

ANDAI SAJA AL-QUR’AN SEBUAH NOVEL

Di malam jum’at, jam dingding pun telah menunjukan larut malam. Betapa kagetnya saya ketika melihat waktu begitu cepat berjalan. Padahal, kebiasaan orang-orang Asia khususnya orang Indonesia pada malam jum’at, selalu ramai dengan bacaan-bacaan surat Yasin, dan bacaan surat-surat lain ada di dalam Al-Qur’an.

Tapi kebiasaan itu, sangat berbeda ketika berada di negara Arab. Karena memang, malam jum’at bagi orang-orang Arab adalah hari libur mereka. Jadi, kegiatan pengajian pun sangat jarang mereka lakukan. Bukan berarti tidak ada. Masih ada anak-anak muda, orang tua, dan anak-anak kecil yang ikut pengajian di mesjid, dan ditempat-tempat lain.

Ah, saya pikir sama saja. Di malam jum’at, atau di hari-hari yang lain. Kalau al-Qur’an selalu di baca setiap hari, akan memberikan ketenangan pada jiwa yang membacanya. Walaupun, dalam membaca al-Qur’an tidak tahu makna yang dikandung di dalamnya. Munkin, ada sebagian orang yang paham arti dan maksud yang terkadung di dalamnya. Tapi itu, sangat jarang. Kadang membaca al-Qur’annya saja susah, dan tidak bisa sama sekali. Ada juga, sama sekali tidak pernah menyentuh yang namanya al-Qur’an. Aneh! Kadang. Tapi itulah realita yang ada.

Ada orang yang bilang. Bagaimana memahami isi kandungan al-Qur’an. Kalau membacanya aja susah banget. Ada juga yang bilang, baca al-Qur’an itu mudah. Yah, itu bagi orang yang telah bisa membaca al-Qur’an. Malah yang hapalpun banyak juga.

Ada yang bisa baca al-Qur’an, belum tentu hapal maknanya. Ada juga, yang bisa baca dan hapal maknanya. Tapi belum tentu juga, mengamalkan isi yang terkandung di dalamnya. Rumit memang, permasalahan ini. Tapi bagi saya, walaupun belum hapal makna bacaan yang terkandung di dalamnya. Sedikitnya orang mau membaca al-Qur’an. Karena al-Qur’an akan memberikan mukjizat tertentu bagi orang yang membacanya. Bahkan, ia akan memberikan ketenangan, ketentraman, dan kelembutan pada jiwa yang membacanya.

Apalagi di saat sekarang ini. Orang yang bisa membacanya dengan istiqomah, itu udah menjadi kebanggaan yang sangat besar. Walaupun, belum bisa dibarengi dengan pemahaman, dan pengamalan isi kandungannya. Belum lagi, sulit dan malasnya membaca al-Qur’an.

Hal ini juga, saya rasakan sendiri. Beda ketika saya sedang membaca novel, cerpen, dan komik, serta bacaan-bacaan yang lain. Yang tidak membutuhkan pemikiran yang berat. Rasanya, enak membacanya. Karena isi di dalamnya bisa saya pahami dengan cepat, otakpun cepat untuk menerimanya. Tapi beda ketika sedang membaca al-Qur’an. Karena bentuk hurufnya bahasa Arab, jadinya, kalau tidak paham bahasa Arab dan tidak belajar membacanya sangat sulit membacanya. Apalagi untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya.

Padahal, kalau kita bisa membaca al-Qur’an. Apalagi, bisa memahami isi kandungan dan maknanya. Lebih-lebih bisa mengamalkannya dengan penuh ke ikhlasan. Maka kita akan terpesona dengan al-Qur’an. Sama seperti, kita ketika melihat perempuan yang cantik menawan. Bagaimana rasanya kita melihat itu, oh! indah. Rasa-rasanya mata ini, tidak mau mengalihkan pandangan walau sekejap. Ingin terus menatap, bahkan tidak ingin meninggalkannya walau sedetik pun.

Karena al-Qur’an di dalamnya mengandung berbagai macam makna. Dan makna itu, tidak akan habis digali oleh manusia. Sampai ia matipun al-Qur’an akan tetap menjadi penerang bagi yang membaca, memahami, dan mengamalkannya. Dari mulai tata bahasanya, grametikalnya, surat-suratnya, kisah-kisahnya, susunan-susunan perhurufnya. Dan berbagaimacam yang terkandung dalam al-Qur’an sangat unik dan indah. Hanya manusia yang dapat membaca, memahami, dan mengamalkan al-Qur’an yang akan mengerti dan merasakan. Begitu indah, dan mempesonanya al-Qur’an.

Bagaimana dengan orang yang tidak bisa membaca al-Qur’an. Oh! Jangankan untuk mengatakan al-Qur’an itu, indah mempesona, dan unik. Kenal saja tidak. Bagaimana akan mengatakan itu. Persis seperti orang yang buta mengatakan. Oh, gunung itu indah sekali. Padahal ia sendiri belum pernah melihat gunung, bagaimana ia bisa mengatakan gunung itu indah. Kalau ia belum pernah melihat, memandanginya, dan menyentuhnya. Munkin karena ia buta. Jadinya, wajar saja. Tapi kalau ia tidak buta. Bagaimana itu bisa terjadi?.

Jadi orang yang tidak pernah mengenal, tidak pernah membaca, tidak pernah ingin belajar, tidak pernah ingin mengamalkan al-Qur’an. So, persisnya seperti orang buta yang mengatakan gunung itu indah. Atau seperti orang yang melihat, tapi tidak mau untuk mengenal al-Qur’an.

Tapi jangan bersedih hati. Tuhan tetap akan memberikan pahala bagi orang yang mendengarnya, walaupun ia tidak bisa membacanya.

Ah, alangkah indahnya. Apabila al-Qur’an selalu diburu ingin membacanya. Penasaran kalau belum membacanya, rindu kalau belum menemukannya. Gelisah apabila tidak mendapatkannya. Terpesona kalau sudah membacanya. Dan merasa sakit hati kalau meningalkannya. Oh, hidup di dunia ini serasa luas, lega, bahagia, bahkan serasa tidak pernah mempunyai masalah sedikit pun. Kalau sudah menyentuh, membaca, memahami, dan mengamalkan-mu, wahai al-Qur’an.

Rasanya ingin cepat bertemu dengan penulis, atau pengarangnya. Agar bisa minta tanda tangan, bisa berbicara dengannya. Bisa photo bareng, bisa menanyakan bagaimana bisa menuliskan cerita itu dengan baik, dan indah. Yang membuat orang terkagum-kagum, sekaligus membuat orang selalu memuji-mujinya.

Oh, sangat dahsyat rasanya. Kalau kita bisa membaca, memahami, dan mengamalkan isi kandungan al-Qur’an. Seperti novel, mudah untuk dibaca, dipahami, dihayati, sekaligus diamalkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.

Tapi menyedihkan, semua orang tidak memburu untuk membacanya. Tidak penasaran kalau tidak membacanya. Tidak rindu kalau tidak menemukannya. Andai saja al-Qur’an itu, sebuah novel pasti banyak orang yang mencarinya. Banyak orang yang merindukan ingin bertemu dengan penulisnya. Banyak orang yang selalu ingin berdialog dengannya. Kalau saja, semua orang tau, siapa pengarang al-Qur’an. Maka mereka akan selalu merindukannya. Mereka selalu penasaran ingin terus berdialog dengannya. Mereka selalu ingin memilikinya. Mereka selalu memelihara dan menjaganya. Mereka selalu ingin belajar untuk memahaminya. Mereka selalu ingin mengamalkannya.

Bahkan, pengarang al-Qur’an telah memberikan jaminan seratus persen. Bagi mereka yang selalu membacanya, memahaminya, dan mengamalkan isi kandungan di dalamnya. Hidupnya, akan penuh dengan kebahagian dimasa sekarang dan di masa yang akan datang. Yaitu, di dunia dan akhirat. Tapi beda dengan penulis novel, ia pun tidak bisa memberikan jaminan seperti yang diberikan pengarang al-Qur’an.

Akan tetapi kenapa, saya sendiri senang membaca novel daripada al-Qur’an. Rela berjam-jam duduk hanya untuk menamatkan cerita yang bikin penasaran. Tapi kenapa ketika membaca al-Qur’an pantant ini, rasanya pegal untuk melanjutkan bacaannya. Itulah al-Qur’an, ditunjukan bagi orang-orang yang mendambakan kehidupan yang abadi.

Namun, al-Qur’an tetaplah al-Qur’an yang selalu memberikan ketenangan, ketentraman, dan kebahagian bagi orang yang membacanya. Al-Qur’an bukanlah novel ayat-ayat cinta, al-Qur’an bukanlah novel laskar pelangi, atau novel-novel yang lagi booming dan fenomenal saat ini. Andai saja al-Qur’an sebuah novel, pasti engkau banyak yang mencarinya. Wallahu’alam.


Salam hangat

Ajidin..

Malam jum’at dikeramaian kota Kairo

23/4/2010

No comments: