Saturday, May 8, 2010


DAMAI DENGAN TARIAN SUFI

Oleh. A Ajidin[*]

Tokoh Jalaludin ar-Rumi, seorang sufistik yang mengagungkan kecintaannya pada Sang Khaliq lewat lantunan bait-bait syairnya. Semua orang mengaguminya. Tak terlepas dari sosoknya memberikan gambaran cinta lewat lantunan bait-bait syair.

Kecintaan seseorang memang, bisa di gambarkan lewat apa saja. Tak terlepas bait-bait syair ar-Rumi menjelaskan dan menggambarkan tentang makna cinta itu. Ia lantunkan untuk memuji dan mengagungkan Sang pencipta jagat raya ini.

Memang, sangat indah. Ketika cinta itu di ilustrasikan lewat bait-bait syair dan tarian. Sebagaimana, pernah saya lihat, ketika tarian sufi itu dipertontonkan pada khalayak ramai. Di dalamnya dinyanyikan bait-bait syair, menggambarkan begitu agung dan mulia Sang Pencipta. Seolah-olah Tuhan itu mendekat, ketika tarian dan lagu itu lantunkan.

Nah, itu saya saksikan di Wakelat el-Ghouri Arts Center, al-Tannoura Traditional Troup. Tidak jauh dari masjid al-Azhar Kairo. Kebetulan pementasan tarian tersebut gratis. Bagi orang yang ingin menyaksikan tarian itu, tinggal datang saja kesana. Waktunya, dimulai jam 8.30 pm, setiap malam minggu.

Yang menarik bagi saya pada waktu itu, dimana penontonnya bukan hanya orang-orang islam saja. Tetapi banyak turis-turis yang datang dari mancanegara untuk menyaksikan al-Tannoura Traditional Troup. Di antaranya, ada dari Italia, Spanyol, Yunani, China, dan negara yang lainnya.

Saya pikir, ketika sekarang sedang marak-maraknya perselisahan tentang peradaban, antara islam dan Barat. Maka, salah satu solusi penting untuk mengenalkan budaya tarian sufi kepada mereka. Karena dalam tarian itu, mengandung unsur kesufistikan dan sekaligus hiburan. Dimana, orang tidak melihat lagi unsur diskriminatip dalam tarian tersebut. Yang ada, malah hiburan yang mereka dapatkan. Walaupun, dalam isi bait-bait syairnya berisikan pengagungan terhadap Sang Maha Kuasa.

Namun, mereka hanya bisa melihat unsur hiburan dalam tarian itu. Tetapi, pada dasarnya mereka bisa menikmatinya dengan baik. Ini sisi positipnya, untuk menggambarkan begitu damai dan indahnya islam bagi mereka.

Jauh, paham atau tidak mereka tentang makna bait-bait syair yang dilantunkan. Tetapi, toh mereka bisa merasakan dan menikmatinya dengan khusu’. Tanpa bergeming sedikit pun, dari tempat duduknya. Mereka terus menyaksikan tarian itu hingga selesai.

Apa yang menjadikan mereka betah? Karena disana tidak lagi ada sekat. Apakah ia seorang muslim, atau non muslim. Apakah ia seorang turis, atau non turis. Tapi yang mereka rasakan pada waktu itu, hanyalah hiburan. Sebuah seni pementasan yang menggambarkan sebuah kedamaian dan kecintaan yang maha luhur.

Untuk bisa bersatunya seorang manusia lemah, dengan Sang Kekasih yang Maha Tinggi. Semua, penonton pada waktu itu bisa merasakannya. Dengan adanya getaran musik yang dibarengi tarian, sekaligus lantuntan bait-bait syair. Bisa menggetarkan hati yang mendengar dan melihatnya. Betapa tidak, suara pelantun bait-bait syair yang menyebutkan nama Allah, begitu khusu’nya. Hingga penontonpun terbuai dengan lantunan tersebut.

Tarian sufi bisa menjadikan solusi untuk sebuah kedamaian. Menerangkan ke Barat, bahwa islam dengan peradaban dan seninya bisa dinikmati dengan penuh ketenangan. Tidak harus dihantui perasaan takut, dan mengerikan sekeliling islam. Karena seni bisa dinikmati oleh semua kalangan. Tidak hanya khusus golongan-golongan tertentu.

Dengan demikian, perdamaian bisa diciptakan dengan baik. Lewat budaya tarian-tarian sufi. Di mana mereka tidak melihat lagi, peradaban islam yang mengerikan. Tetapi, mereka tertarik dengan peradaban islam yang kaya dengan seni budaya.

Semoga, tarian sufi bisa membangkitkan peradaban islam. Yang penuh damai, penuh kecintaan, penuh persahabatan, dan penuh kasih sayang. Karena memang, pendahulunya mengajarkan seni itu untuk ilustrasi kasih sayang dan cinta. Terhadap Sang Pencipta yang Maha Tinggi. Wallahu’alam.


[*] Mahasiswa al-Azhar Kairo Pecinta Seni Budaya.

No comments: