Friday, August 13, 2010

Antara Aswan-Hurgada

Antara Aswan-Hurgada

Saya teringat dengan sebuah hadits yang mengatakan, “segala perbuatan atau pekerjaan tergantung pada niatnya”. Jadi, kemana pun kita pergi melangkahkan kaki pada awalnya diniatkan untuk mentafakuri kekuasaan Tuhan yang Maha Esa, insya Allah itu sudah bernilai ibadah. Walaupun, perjalanan itu hanya untuk rihlah atau tour sekalipun. Begitu juga, kita pergi ketempat pengajian akan tetapi niatnya hanya untuk main-main itu juga tidak ada nilai ibadahnya. So, segalanya tergantung pada niat individu masing-masing.

Jadi, apa pun yang kita lakukan jika segalanya dimulai dengan niat yang baik, tulus and karena Allah, insya Allah semuanya akan mempunyai nilai dan tidak akan sia-sia. Begitu juga, kita menyayangi atau memberikan sesuatu pada yang lain. Apakah orang lain itu, sahabat, teman, atau terhadap orang tua sendiri, atau anak sendiri, atau kakak, atau adik dan sanak saudara kita. Insya Allah semuanya akan menuaikan hasil seperti, apa yang kita niatkan dan kita kerjakan sesuai dengan apa yang ada di dalam hati kita.

Memang, itulah yang selalu kita dapatkan dengan apa yang kita niatkan plus apa yang kita kerjakan. Kalau kita mengerjakan hal yang baik, hasil baik pula yang kita dapatkan. Kita mengerjakan hal yang buruk, balasan buruk juga yang kita dapatkan. Seperti, kita perhatian sama teman, sahabat, adik, kakak, orang tua, maka mereka pun akan perhatian kepada kita. Di sanalah terjadi hukum kausalitas. Adanya sebab akibat atau timbal balik. Sebagaimana, Tuhan berkata dalam hadits Qudsi, “barangsiapa yang menjaga-Ku, maka Aku pun akan menjaga-mu”. Begitulah, Tuhan sendiri mengungkapkannya.

Bagaimana, kita ingin diperhatikan Tuhan. Sedangkan, kita sendiri tidak pernah memperhatikan Tuhan. Begitu juga, apa yang terjadi pada manusia sendiri. Logikanya, berikanlah kebaikan itu pada yang lain, walaupun kebaikan itu hanya sekadar memberikan senyuman, atau hanya sekadar kemampuan kita saja. Maka, kita pun akan menuai kebaikan kembali. Walaupun, balasan itu diberikan Tuhan melalui orang lain yang diberikan kepercayaan oleh Tuhan untuk menyampaikannya. Saya teringat ungkapan seorang bapak yang baik hati, semoga Tuhan membalas segalanya pada bapak {kalau anda bertanya siapa bapak itu, cukup saja buat rahasia saya sendiri dan Tuhan yang tahu}, beliau mengatakan, “bapak memberikan kepada kamu sesuatu, hakikatnya bukan bapak yang memberi. Tapi, Tuhan memberikan kepercayaan itu lewat tangan bapak untuk menyampaikannya kepada kamu”. Thank’s, bapak semoga Tuhan selalu membalasnya dan memberkati perjalan hidup bapak dan keluarga semuanya di dunia dan akhirat,amin.

Ungkapan di atas hanya sebagai mukadimah untuk mengawali coretan-coretan saya. Saya ingin menuliskan sebuah kisah yang pernah saya alami sendiri. Ketika saya sedang mengadakan perjalanan dari kota Aswan menuju kota Hurgada yang merupakan salah satu kota yang berada di Mesir yang banyak di kunjungi para pelancong mancanegara. Mereka semua, hanya untuk melihat sekaligus menikmati peninggalan sejarah yang berada dikota tersebut. Terutama kota Luxor disana ada “Colossi of Memnon,Temple of Hatshepsut, Temple of Karnak, Karnak Luxor, dan yang lainnya. Sedangkan di Aswan, disana banyak peninggalan sejarah yang dibangun pada masa pharaoh {fir’aun}. Seperti, Abu Simbel dan yang lainnya. Memang, sayang tempat itu untuk kita lewatkan. Iya, sayang sich, tapi kalau tidak ada kesempatan harus gimana lagi donk, hehe...biarkanlah waktu untuk menyampaikannya kesana.

Maybe, hanya orang-orang tertentu juga yang diberikan kesempatan untuk bisa mengunjungi tempat tersebut. Seperti, banyak orang yang mendambakan pergi untuk melaksanakan ibadah haji. Namun, kesempatan juga belum datang pada mereka yang mendambakan bisa mengunjungi Ka’bah disana. Mereka hanya bisa merasakan Ka’bah berada dalam hati saja. Walaupun, hakikat yang sebenarnya Ka’bah itu sendiri adalah, hati kita sendiri. Dengan demikian, bersyukurlah orang-orang yang bisa mengunjungi semua itu.

Singkat cerita, kira-kira pukul 5 sore saya berangkat bersama rombongan dari kota Aswan menuju kota Hurgada. Sebenarnya,tujuan pertama sich ingin langsung menuju kota Kairo. Tapi, kenapa pada waktu itu serasa segalanya tidak memihak pada saya dan rombongan. Seolah-olah Tuhan sedang menguji kesabaran saya dan rombongan yang berada bersama saya. Kemudian saya bersama temen berusaha untuk membeli tiket kereta Api tujuan Aswan - Kairo. Itu pun tidak bisa saya dapatkan, dari mulai pagi hari sampai sore hari. Lalu, saya bersama teman mencari alternatif lain. Untuk membeli tiket mobil yang tujuan ke kota Kairo. Lagi-lagi, tiket mobil pun tidak di dapatkan yang tujuan langsung kota Kairo untuk hari itu, tapi kalau hari-hari selanjutnya sich katanya banyak. Entah, kenapa? Hari itu seraya sial sekali..ehmmm, ehmmm..perasaan saya kalee yah. Bukan sial kalee..lagi tidak memihak, hehe sama aja donk.

Dengan dipenuhi perasaan bersalah sama teman-teman dan rombongan. Saya pun, pada akhirnya menyadari, memang segala yang kita rencanakan tidak bisa sesuai dengan apa yang kita inginkan. Karena Tuhan telah mengatur segalanya. Kemudian, saya bergumam pada hati saya sendiri, “yach, memang manusia hanya bisa merencanakan segalanya, dan segala hal-hal yang diluar perencanaan itu Tuhan jua-lah yang menentukannya”. Ehmmm, sebenarnya saya berusaha untuk menghibur hati..belajar bersabar menghadapi situasi sulit..hehhe...., Jadinya, dengan terpaksa harus mengambil jalan pintas dech yang tidak bisa langsung dari kota Aswan menuju kota Kairo, tapi dari Aswan menuju kota Hurgada terlebih dahulu. Kemudian, setelah itu baru bisa melanjutkan perjalanan dari Hurgada menuju Kairo.

Belum usai ujian yang di dapatkan di Aswan, karena untuk membeli tiket tujuan Kairo tidak dapat. Sedangkan, pada waktu itu cuaca tidak bersahabat. Udara sangat panas. Yach, memang di daerah Aswan udaranya panas, walaupun itu terjadi pada musim dingin sekali pun. Memang, kota Aswan terkenal daerah yang panas. Apalagi, saya pada waktu itu berada persis di musim panas. Bagaimana, anda sendiri bisa membayangkannya. Yang akhirnya, saya dan rombongan mengambil jalan pintas untuk mengejar waktu. Lagi-lagi, Tuhan selalu memberikan cobaan pada hambanya.

Di tengah-tengah perjalanan Aswan menuju kota Hurgada, mobil yang saya tumpangi bersama teman dan rombongan mogok. Aduch, engga tau berapa lama saya bersama rombongan menunggu mobil yang diperbaiki bisa jalan kembali. Di tempat saya dan rombongan berhenti. Sampai-sampainya saya sempat menonton piala dunia yang berada di Afrika Selatan. Tapi, saya nonton bolanya bukan langsung Live di Afsel...Cuma di TV saja. Walaupun, Mesir berada di Afrika..hehee..yang penting bisa menyaksikan berlangsungnya final piala dunia dech. Dan waktu itu, final antara Spanyol dan Belanda. Kejadian itupun, bertepatan dengan final piala dunia. Walaupun, finalnya bukan grup atau idola yang selalu saya dukung..ehehe..tidak usah bersedih hati, walaupun idolanya kalah sebelum final. Masih ada piala dunia lagi dikemudian hari. Betul, nggak!.

Sambil menunggu mobil yang rusak diperbaiki, akhirnya saya dan rombongan turun dari mobil untuk menikmati tontonan final piala dunia. Dengan ditemani secangkir teh Mesir, suasana pun terasa asyik dan happy. Walaupun, mata sudah mulai berat dibukakan. Karena rasa ngantuk yang selalu datang meminta jatah tidur. Lanjutkan ceritanya yach,,,,,,,upss, minum teh dulu ah....untuk menyegarkan jemari-jemari tangan menekan kiybord,,,

Setelah sang Sopir mobil dengan sabar dan telatennya memperbaiki mobilnya yang rusak. Dan akhirnya, Alhamdulillah mobil pun bisa berjalan kembali. Kemudian, semua penumpang naik kembali kedalam Bis dan menempati tempat duduknya masing-masing. Secara bersamaan para penumpang mengucapkan, “basmalah”, mobil pun laju kembali meneruskan perjalanannya menuju kota Hurgada.

Gelap malam pun terus larut menyelimuti dunia. Menyertai perjalanan saya dan rombongan. Saya pun, di dalam mobil berusaha untuk tidur, yach hanya sekadar untuk menghilangkan rasa ngantuk dan letihnya mata. Sambil menikmati perjalanan malam. Kira-kira 3 km lagi untuk sampai ke kota Hurgada. Kejadian yang belum hilang dalam ingatan itu kembali lagi menyelimuti. Bahkan kejadian yang ini lebih parah lagi dari yang sebelumnya. Dan lebih menegangkan, yang datangnya secara tiba-tiba. Kejadian yang ini menurut logika manusia akan memakan korban nyawa para penumpang yang ada di dalam mobil. Tapi, kalau Tuhan berkata tidak, yach tidak. Manusia tidak berdaya hanya dengan adanya pertolongan Tuhan.

Persis kejadiannya seperti ini, ketika mobil dengan cepat melaju mengarungi jalan. Tiba-tiba, melewati tikungan yang agak curam. Hingga, mobil tidak lagi berjalan dijalannya. Saya juga waktu itu tidak tahu? Apakah sang Sopir mengantuk berat atau tidak. Hingga tiba-tiba mobil dengan cepatnya berbalik arah jalan kepinggir dan hampir menabrak bebatuan yang ada di pinggiran jalan. Sedangkan mobil berada dalam kecepatan yang tidak sewajarnya. Kalau saja pada waktu itu, sang sopir mengrem langsung mobilnya. Saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Dengan pastinya, mobil akan terbalik dan nasib kita pun tidak tahu akan bagaimana. Hampir, semua penumpang yang berada di dalam mobil serempak mengucapkan “Astagfirullah al’Azdim.........”. Kecuali, beberapa penumpang yang tidak tahu kejadian itu dan mereka tertidur pulas. Ada juga, salah satu penumpang yang jatuh dari kursi tempat duduknya, ketika mobil sedang tidak stabil posisinya. Kemudian, di alam bawah sadarnya mereka bertanya, ada apaan yach?. Ehmmm,ehmmm,....tidak tahu kalau kita telah melewati kejadian yang menegangkan.

Saya juga, pada waktu itu hanya bisa membayangkan. Kalau saja kejadian itu terjadi dan mobil terbalik. Wallahu’alam, untuk to be continue kehidupan selanjutnya. Tapi, Tuhan masih sayang sama saya dan semua penumpang yang berada dalam mobil tersebut. Karena di dalamnya masih ada orang-orang yang baik, orang-orang yang dermawan dan orang-orang yang ikhlas yang menyebabkan Tuhan masih memberikan kehidupan pada semua. Agar semua orang yang berada di dalam mobil bisa selalu ingat kepada-Nya, dan selalu bersyukur atas segala yang diberikan-Nya. Serta mereka bisa mengambil hikmah dan pelajaran atas semua kejadian itu. Karena kehidupan yang sudah berlalu bukanlah milik kita lagi. Waktu kita adalah sekarang untuk melanjutkan kehidupan. Dan bisa mengambil pelajaran dari semuanya.

Kemudian selama setengah jam mobil berhenti. Sang Sopir dan para penumpang pun sejenak untuk menenangkan hati. Suasana pun tiba-tiba dipenuhi dengan dzikir pada Sang Kuasa. Agar selamanya Dia memberikan keselamatan dalam perjalanan ini. Nah, itulah sebagai thabi’at manusia kalau Tuhan telah menguji dengan sebuah kejadian. Baru manusia itu tersadar dari tidurnya dan dengan cepat mengingat-Nya.

Setelah itu, perjalanan dilanjutkan kembali. Dan sampai di kota Hurgada kira-kira jam 5.30 pagi. Lalu, sesampainya saya di Hurgada tidak langsung melanjutkan perjalanan. Tapi, istirahat sejenak untuk menenangkan hati yang masih trauma dengan kejadian yang telah dilewati. Kebetulan waktu itu, waktu shalat subuh pun hampir saja lewat. Tapi, masih sempat melaksanakan kewajiban seorang hamba pada Tuhannya. Dan setelah itu, baru saya dan rombongan melanjutkan perjalanan ke Kairo. Alhamdulillah, saya dan rombongan sampai juga di kota Kairo kira-kira jam 12.30-an dengan selamat. Itulah kejadian singkat yang saya dapat tulis disini dalam perjalanan Aswan-Hurgada dan Kairo. Walaupun, coretan ini tidak menceritakan kejadiannya secara detail. Akan tetapi, mudah-mudahan kita semua bisa mengambil hikmah dan pelajaran dalam setiap kejadian yang telah kita alami. Agar kita selamanya lebih arif dan bijak dalam menghadapinya.

Jadi, sekarang yang bisa dilakukan adalah mengubah sikap menjadi lebih tenang. Apalagi saat kita tertimpa kemalangan dan kejadian yang mengerikan. Yang bisa kita lakukan adalah menggunakan pikiran yang jernih dan hati yang tenang. Karena setiap kejadian dan masalah mengandung hikmah dan pelajaran yang sangat berharga untuk kehidupan kita. Penuhilah kehidupan dengan senyum, maka dunia pun akan tersenyum kembali kepada kita.

Semoga semua kejadian yang telah kita lewati memberikan pelajaran. Agar kita selalu menyadari bahwa segalanya Tuhan telah menentukannya. Saya sendiri hanya bisa mengucapkan “Alhamdulillah”, Tuhan telah memberikan kehidupan yang lebih panjang lagi. Agar saya bisa selalu bersyukur dan selalu mengingat kepadanya.

Terakhir, terimakasih pada teman-teman {Asun...katanya sich dia maunya di panggil D Herlino,ehmm..ehmmm,...upss, jangan marah, just kidding {om Asun hehe}, Adenk {ini juga bukan nama asli, karena nama aslinya Syafrudin Bakhtiar, entah kenapa? Teman-teman semuanya mempunyai nama panggilan akrabnya masing-masing}, berarti Cuma Me saja yang nggak ada nama panggilan, ehmm, Dian, Husni {yang lebih akrab di panggil Cuni sama teman-teman}, yang telah ikut bersama dalam perjalanan ini. Semoga dilain waktu kita bisa kembali bersama-sama untuk menikmati keindahan alam kota Aswan, Luxor dan Hurgada dengan penuh happy dan asyik.

Tuh kan hampir lupa dech, terimakasih buat umi yang baik hati dan dermawan {semoga tetap menjadi umi yang baik hati dan dermawan selamanya, amin} and mas Malik yang telah ngajak jalan-jalan di Mesir. Wah, pokonya berkat Umi and Mas Malik-lah....kita bisa jalan-jalan dech. Semoga Tuhan membalas segala kebaikannya, amin. Betul nggak teman-teman, ehehe...tinggal menunggu bapak nich jalan-jalan atau rihlah bersama kita-kita..hehehe...ngarep bangets sich. Upss, lupa...iya ada juga, waktu itu bareng sama kita..Ibu Enung, adek Syifa dan Azka, plus Om Rijal...terima kasih atas kebersamaanya. Semoga dilain kaleee..bisa jalan-jalan bareng lagi yach.

Pokonya, perjalanan rihlah antara Aswan – Hurgada menuju kota Kairo memberikan kesan tersendiri dech. Dan semoga kita bisa belajar dari kesalahan yang telah terjadi. Karena belajar dari kesalahan dan mendengarkan bisikan kesalahan. Akan menunjukannya pada kita kearah yang benar, pilihan yang benar, dan tindakan yang benar pula. Sudah dulu yach ceritanya, kapan-kapan dilanjut dengan cerita yang lain. Wallahu’alm.


Minggu, Kairo,25/7/2010
Ajidin

2 comments:

kangs said...

assalamualaikum....kumaha damang kang?...

Ajid said...

alhamdulillah damang ni, kumaha salira damang oge?